Page 173 - Pola Sugesti Erickson
P. 173
Milton Erickson: Pola Sugesti dan Strategi Terapi
menyenangkan. Atau anda bisa melakukan penanaman masalah-masalah artifisial
(semacam cerita rekaan kompleks dalam contoh tentang asbak yang retak dan pecah di
atas). Jika anda memilih yang kedua, pekerjaan harus dihentikan jika anda merasa
tampaknya bakal kesulitan menangani situasi. Ini demi menghindari luapan emosi yang
akan menghasilkan tekanan emosional pada subjek dan juga lenyapnya kepercayaan
subjek pada hipnotis.
Sebenarnya dalam banyak penanganannya, yang dilakukan oleh Erickson adalah
memberikan latihan kepada subjek bagaimana cara menghadapi situasi tertentu. Dan
metafora hanyalah salah satu alat. Ia memiliki banyak cara yang ia sesuaikan dengan
kebutuhan kliennya—cara yang paling bisa diterima, bahkan oleh orang yang paling
resisten sekalipun.
Untuk membuat subjek bisa mengembangkan fenomena hipnotik tertentu, misalnya
penulisan otomatis (automatic writing), karena ia melihat hal ini penting sebagai landasan
terapi namun subjek tampak kesulitan mengembangkannya, Erickson akan mulai dengan
meminta subjek melakukan secara mental sesuatu yang berhasil ia lakukan. Misalnya
menggerakkan tangan untuk menghapus sesuatu. Kemudian subjek diminta berlatih
secara mental untuk melihat bagaimana gerakan itu bisa dilakukan di atas kertas kosong,
di atas kertas bergaris, dengan pena, pensil, atau crayon. Dan latihan terus diulang-ulang
dan ditingkatkan misalnya dengan meminta subjek memegang pensil imajiner dan
menulis di atas kertas imajiner. Terus diulang-ulang lagi dan kemudian subjek
diperkenalkan kepada huruf, kata-kata, dan kalimat, sampai akhirnya subjek
melakukannya dengan kertas dan pensil sungguhan. “Saat mengikuti prosedur ini, subjek
secara bertahap akan mengembangkan trance yang semakin dalam, terutama jika latihan
dan pengulangan diterapkan pada bentuk lain perilaku hipnotik,” katanya.
Di bagian depan, anda telah membaca transkripsi induksi tentang bagaimana
Erickson secara bertahap mengajari pasiennya untuk melakukan penulisan otomatis. Saya
kira itu merupakan contoh yang memadai untuk melihat bagaimana Erickson
menggunakan teknik “pembelajarannya”. ***
173