Page 202 - Pola Sugesti Erickson
P. 202
Milton Erickson: Pola Sugesti dan Strategi Terapi
situasinya, perubahan cara pandang, perubahan keyakinan orang terhadap realitas,
berkembangnya pemahaman baru yang lebih sehat dan lebih konstruktif mengenai diri
sendiri, kemampuan mengakses sumberdaya yang dibutuhkan untuk membereskan
masalah, berkembangnya kerangka acuan baru, munculnya kemampuan untuk
memandang lebih objektif, dan sebagainya.
Dalam satu kalimat, tujuan terapi hipnotik adalah untuk mengubah seseorang
menjadi “manusia baru”—dalam pengertian bahwa ia menjadi pribadi baru yang mampu
berfungsi optimum dalam menjalani perannya.
Atau kita mau memeras lagi agar lebih ringkas, menjadi satu kata, untuk
mendefinisikan hasil akhir terapetik? Refaming. Itulah intisari yang hendak diwujudkan
dalam pekerjaan terapetik dengan hipnosis. Kita mengguncang kesadaran orang,
menggoyahkan kerangka acuan, melumpuhkan kesadaran agar bisa berkomunikasi efektif
dengan bawah sadar, dan sebagainya tidak lain adalah untuk memunculkan dan
memantapkan kerangka baru yang lebih sehat, lebih konstruktif, dan dengan demikian
lebih produktif pada seseorang.
Pembelajaran dalam hipnosis
Jika kita kembali pada pernyataan Erickson bahwa hipnosis adalah momen
pembelajaran, maka pertanyaannya: Apa pembelajaran yang diberikan dan siapa yang
berperan besar dalam pembelajaran itu?
“Aku tidak mengajarimu segala sesuatu yang tidak kaukenali dan yang sudah
kaukenali sekian lama,” kata Erickson kepada perempuan 70 tahun yang ingin bisa
membaca (Lihat: contoh kasus ke-14: Membaca dan Menulis Atap dan Lumbung,
dalam Erickson in Action)
Dari pernyataan itu kita bisa mendapatkan pemahaman mendasar tentang terapi
hipnotik. Frase pertama pernyataan itu (“Aku tidak mengajarimu segala sesuatu yang
tidak kaukenali”) menyiratkan secara tegas bahwa pembelajaran dalam hipnosis bukanlah
upaya memasukkan program yang asing sama sekali ke dalam diri seseorang. Frase
kedua (“...dan yang sudah kaukenali sekian lama”) jelas sebuah truisme, yang mudah
202