Page 32 - Pola Sugesti Erickson
P. 32
Milton Erickson: Pola Sugesti dan Strategi Terapi
“Kupikir itulah yang disebut momen kreatif,” kata Rossi. “Kau mengalami
perpindahan kesadaran secara alami: sebuah ledakan cahaya dengan angka 3 dan m di
tengah-tengahnya. Dan apakah keduanya benar-benar memiliki kaki?”
“Aku melihat keduanya seperti itu,” jawab Erickson.
“Bisakah itu disebut halusinasi visual?” tanya Rossi. “Sebagai anak kecil berumur 6
tahun kau mengalami pencerahan intelektual dalam bentuk halusinasi visual?”
“Aku mengalami cahaya menyilaukan itu untuk kedua kalinya pada saat aku duduk
di kelas dua SMA,” kata Erickson.
Ketika duduk di sekolah dasar dan di SMA, Erickson mendapat julukan “Kamus”
karena ia menghabiskan banyak waktunya untuk membaca kamus. Suatu siang, setelah
bel bubaran pelajaran, ia duduk membaca kamus di kursinya di deretan belakang kelas.
Tiba-tiba cahaya menyilaukan muncul dan pada saat itu ia menjadi tahu bagaimana cara
menggunakan kamus. Sampai saat itu, anda tahu, dalam mencari kata Erickson selalu
mulai dari halaman pertama dan terus menyusuri setiap kolom, halaman demi halaman,
sampai ia mendapati kata itu. Dan dalam cahaya yang menyilaukan itulah ia
mendapatkan pengetahuan tentang bagaimana menggunakan alfabet untuk mencari kata.
“Murid-murid yang membawa bekal selalu menyelesaikan makan siang mereka di
lantai bawah,” katanya. “Aku tidak tahu berapa lama aku duduk di di tempatku, terpaku
oleh cahaya menyilaukan.” Ketika ia turun ke lantai bawah, kebanyakan anak-anak sudah
menyelesaikan makan siang mereka. “Mereka menanyaiku kenapa aku telat sekali turun,
dan aku tidak mungkin menceritakan kepada mereka bahwa aku baru saja mendapatkan
pelajaran bagaimana cara menggunakan kamus,” katanya.
Akar Pendekatan Utilisasi
Dalam pengalaman-pengalaman awalnya dengan disleksia yang membingungkan itu, kita
mendapati semacam orientasi khusus yang bisa membuat anak-anak mengalami
pergeseran kesadaran dan persepsi. Erickson merumuskannya dengan kehadiran cahaya
yang menyilaukan atau halusinasi visual saat ia memasuki situasi terpisah dari realitas
dan masuk ke situasi hipnotik—lebih tepatnya otohipnotik. Belakangan ia memaknai
32