Page 48 - Pola Sugesti Erickson
P. 48
Milton Erickson: Pola Sugesti dan Strategi Terapi
seperti yang saya sarankan ini... bla...bla...bla...,” atau, nasihat yang tipikal, “Anda harus
tawakal menghadapi semua ini...,” dan semua urusan langsung beres.
Persoalannya, hal semacam itu tidak akan terjadi. Saya menyaksikan sendiri
bagaimana repotnya seorang ibu meminta anaknya untuk tidur paling lambat pukul
sepuluh malam setiap hari. “Pokoknya Ibu tidak mau tahu, jam sepuluh kau harus tidur,”
katanya. Tetapi si anak agaknya tidak setuju pada permintaan tersebut. Ketidaksetujuan
itu tampak jelas dari respons si anak yang enggan menuruti permintaan ibunya. Anak itu
kelas satu SD dan tidur sekamar dengan kedua orang tua dan seorang adiknya; dan ia
sangat menikmati momen bermain-main di kamar sebelum tidur. Hal itu mengakibatkan
ia sering tidur larut malam, bahkan kadang sampai pukul sebelas atau setengah dua belas
malam. Ibunya jengkel menghadapi kebiasaan anaknya itu. Karena selalu tidur larut,
paginya si anak menjadi sulit dibangunkan. Kadang-kadang si ibu bahkan menyuapkan
sarapan ketika anaknya baru setengah bangun dan belum sepenuhnya sadar. Puncak
kejengkelan si ibu adalah ketika ia mendapat laporan bahwa sudah beberapa hari
belakangan si anak selalu tertidur di kelas ketika pelajaran berlangsung.
“Gurumu bilang kau tertidur di kelas,” kata si ibu. “Kau tidak malu?”
“Aku tiba-tiba tertidur sendiri,” kata si anak.
“Kau mengantuk karena tidurmu selalu kemalaman,” kata si ibu.
“Sebetulnya aku tidak mau tidur di kelas, tapi aku tertidur sendiri,” kata si anak.
“Mulai sekarang kalau kau tidak tidur pukul sepuluh, aku tidak akan
membangunkanmu,” kata si ibu.
Setelah itu, si anak masih tidur seperti biasa, di atas pukul sepuluh malam. Si ibu,
meskipun mengancam tidak akan membangunkan, tetap saja membangunkan si anak
pada pukul enam pagi. Dan anak itu masih beberapa kali tertidur di kelas.
Saya bilang kepada si ibu bahwa ia hanya perlu membuktikan ancamannya.
Anda tahu, tidur di kelas bukan hal yang membuat anak itu malu. Ibunyalah yang
malu. Anak itu juga tahu, dari pengalaman yang sudah-sudah, bahwa ibunya hanya suka
mengancam tetapi tidak benar-benar menjalankan ancamannya, semarah apa pun dia.
48