Page 26 - Sufisme-Dalam-Tafsir-Nawawi-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA
P. 26
S u f i s m e D a l a m T a f s i r N a w a w i | 25
Dari beberapa penjelasan definisi tasawuf di atas dapat
ditarik benang merah bahwa pada dasarnya ajaran-ajaran tasawuf
murni berlandaskan al-Qur’an dan Sunnah. Seorang sufi adalah
seorang yang konsisten mengerjakan dan berpegang teguh dengan
syari’at Allah, mengekang hawa nafsunya pada makan, minum, cara
berpakaian, dan hal-hal lainnya. Dalam perkara-perkara duniawi
seorang sufi hanya mengambil kadar tertentu secukupnya. Ia
habiskan setiap waktu dari kehidupannya dalam beribadah kepada
Allah; dengan melaksanakan segala kewajiban-kewajiban, menjauhi
segala larangan-langan-Nya dan memperbanyak perbuatan-
perbuatan yang sunnah. Definisi-definisi itulah yang dituangkan
oleh Syekh Nawawi al-Bantani dalam kitab Salâlim al-Fudlalâ, Syarh
Manzhûmah Hidâyah al-Atqiyâ’.
b. Pondasi Tasawuf; Ilmu Dan Amal
Secara garis besar, tuntutan pelaksanaan ajaran-ajaran agama
didasarkan kepada dua perkara. Pertama; Melaksanakan hal-hal
yang diwajibkan. Kedua; menjauhi hal-hal yang dilarang. Ketentuan
inilah yang harus menjadi sandaran setiap muslim. Siapapun yang
menyalahi dua ketentuan ini maka ia telah keluar dari jalur
kebenaran. Tidak dibenarkan bagi seseorang untuk memperbanyak
pekerjaan yang sunnah, semantara ia lalai dari melaksanakan
pekerjaan wajib, karena perkara sunnah secara definitif adalah
sesuatu yang boleh ditinggalkan, dan tidak berbuah dosa bila tidak
dikerjakan, sementara hal yang wajib adalah sesuatu yang keharusan

