Page 28 - Sufisme-Dalam-Tafsir-Nawawi-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA
P. 28
S u f i s m e D a l a m T a f s i r N a w a w i | 27
adalah ilmu-ilmu yang terkait dengan pokok-pokok akidah, dasar-
dasar praktek ibadah; seperti bersuci, shalat, puasa dan lainnya, juga
ilmu-ilmu yang secara praktis terkait dengan muâmalah (hubungan
sesama manusia), seperti tatacara jual beli, membuat akad nikah,
atau akad-akad perniagaan lainnya, termasuk juga di dalamnya ilmu
tentang maksiat-maksiat anggota badan, dan cara bertaubat dari
maksiat-maksiat tersebut.
Seorang yang konsisten dalam mengerjakan ketentuan-
ketentuan syari’at; mengerjakan segala kewajiban dan menjauhi
segala larangan Allah, di tambah dengan memperbanyak hal-hal
yang sunnah maka orang ini adalah seorang wali Allah. Baik tampak
terlihat dari dirinya unsur-unsur karamah (sesuatu yang di luar
kebiasaan) maupun tidak. Inilah difinisi yang dinyatakan para ulama
tentang seorang wali Allah.
Dari definisi ini dapat diketahui bahwa tidak ada seorangpun
dari kaum sufi sejati yang mengabaikan ketentuan-ketentuan
syari’at. Justru sebaliknya, mereka dapat sampai kepada derajat yang
mereka raih dalam kewalian tersebut adalah karena mereka
konsisten (istiqâmah) dalam melaksanakan ketentuan-ketentuan
syari’at. Dengan demikian siapapun yang mengaku dirinya sufi, --
walau dengan segala atribut tasawuf ia pakai--, namun bila
mengabaikan ketentuan-ketentuan syari’at maka dapat dipastikan
bahwa ia bukan seorang sufi sejati, tetapi sufi gadungan. Bahkan
seandainya orang ini memiliki keanehan-keanehan di luar jangkauan

