Page 29 - Sufisme-Dalam-Tafsir-Nawawi-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA
P. 29

S u f i s m e   D a l a m   T a f s i r   N a w a w i  | 28

            akal  sehat,  maka  dapat  dipastikan  bahwa  hal-hal  tersebut  bukan
            karamah.

                    Karena  itu  tidak  ada  seorang  sufi-pun  yang  tidak
            mengetahui  ilmu  agama.  Sebaliknya  kaum  sufi  sejati  adalah  para
            ulama dan fuqaha’ yang gigih membela kemurnian syari’at. Mereka

            adalah  kaum  yang  menyatukan  antara  ilmu  dengan  amal.  Kitab
            Hilyah  al-Auliyâ’  yang  telah  ditulis  oleh  al-Hâfizh  Abu  Nu’aim
            tentang biografi orang-orang sufi, tidak lain mereka adalah orang-
            orang  terkemuka  dalam  ilmu  syari’at.  Karena  itu  al-Hâfizh  Abu
            Nu’aim     dalam     karyanya    tersebut   setelah   pertama-tama
            menyebutkan biografi al-Khulafâ’ al-Rasyidûn dan beberapa sahabat
            lainnya sebagai tokoh-tokoh terdepan di kalangan kaum  sufi, lalu
            beliau menyebutkan biografi  madzhab yang empat;  Abu Hanifah,
            Malik ibn Anas,  al-Syafi’i, dan  Ahmad ibn Hanbal.

                    Demikian  pula  dalam  kitab-kitab  biografi  sufi  lainnya,

            seperti Syekh ‘Abd al-Wahhab al-Sya’rani dengan karyanya berjudul
            al-Thabaqât  al-Kubrâ,  para    madzhab  yang  empat  tersebut  selalu
            disebut sebagai jajaran sufi terkemuka. Karena itu di antara jajaran
            sufi terkemuka tidak sedikit yang berasal dari kalangan ulama ahli
            hadits, ulama ahli tafsir, ulama ahli qira’at dan ulama disiplin ilmu
            lainnya.  Sesungguhnya  mereka  semua  adalah    kaum  sufi  sejati.
            Tidak  ada  seorangpun  dari  kaum  sufi  sejati  (al-Shûfiyyah  al-
            Muhaqiqûn)  yang  bodoh  tidak  memahami  ilmu-ilmu  syari’at.  Kau
            sufi  sejati  itulah  para  penegak  dan  pengamal  ilmu-ilmu  syari’at,
   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34