Page 32 - Sufisme-Dalam-Tafsir-Nawawi-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA
P. 32

S u f i s m e   D a l a m   T a f s i r   N a w a w i  | 31

            memasuki gerbang tasawuf adalah belajar ilmu-ilmu pokok agama.
            Karena  segala  praktek  ibadah  yang  nanti  akan  ia  lakukan  setelah
            masuk dalam wilayah tasawuf benar-benar hanya didasarkan kepada
            pondasi ilmu yang ia pelajarinya. Dalam hal ini ilmu ibarat pohon,

            sementara  ibadah  laksana  buahnya.  Tentu  pohon  ini  yang  harus
            didahulukan  dalam  pemeliharaannya,  sebab  bila  pohon  tidak  ada
                                                                    37
            maka buah yang diharapkan juga tidak akan pernah ada .
                    Masih  menurut  al-Ghazali,  urgensi  ilmu  agama  dalam
            kaitannya dengan tasawuf setidaknya dilihat dari dua sebab.

                    Pertama; karena amal ibadah yang benar adalah yang sejalan
            dengan  ketentuan-ketentuan  syari’at.  Dengan  demikian  maka
            ketentuan-ketentuan  syari’at  ini  wajib  dipalajari  dan  diketahui.
            Kemudian kewajiban menuntut ilmu syari’at ini memiliki tingkatan
            masing-masing.  Ada  beberapa  di  antara  ilmu  harus  didahulukan
            atas  lainnya,  seperti  ilmu  tauhid  yang  kewajiban  mempelajarinya

            harus didahulukan di atas seluruh ilmu. Karena itu, seorang yang
            hendak mempelajari tasawuf, pertama-tama harus memiliki akidah
            yang  lurus,  mengetahui  siapa  yang  ia  sembah,  bagaimana
            menyembah-Nya,  mengetahui  sifat-sifat  yang  wajib  bagi-Nya,
            perkara-perkara yang mustahil atas-Nya, dan perkara-perkara yang


                    37   Al-Ghazali  telah  menuliskan  berbagai  rintangan  bagi  seorang  yang
            hendak mendalami tasawuf. Judul paling pertama dalam kitabnya ini ’Aqabah al-
            ‘Ilm.  Artinya  rintangan  paling  pertama  adalah  keharusan  mempelajari  ilmu
            agama. Al-Ghazali Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad ibn Muhammad
            al-Thusi, Minhâj al-‘Âbidîn, Jakarta: Dar Ihya al-Kutub al-‘Arabiyyah, t. th. hal. 6-
            7.
   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37