Page 37 - Sufisme-Dalam-Tafsir-Nawawi-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA
P. 37
S u f i s m e D a l a m T a f s i r N a w a w i | 36
musyâhadah tidak dijadikan sebagai landasan kecuali setelah
dicocokkan kebenarannya dengan al-Qur’an dan Sunnah .
40
Pemuka kaum sufi dimasanya; Dzunnun al-Mishri, merasa
prihatin dengan kenyataan orang-orang Islam pada masanya. Beliau
menilai bahwa orang-orang Islam saat itu sudah mulai rusak,
orientasi hidup mereka hanya untuk kesenangan duniawi belaka,
walau sebenarnya bila dibanding dengan kehidupan kita di zaman
sekarang maka zaman beliau jauh lebih bagus, karena beliau hidup
di masa Salaf. Dalam menyikapi kondisi tersebut Dzunnun
berkata:
Pada masa ini, orang-orang ahli ibadah dan ahli qira’at
banyak yang menganggap remeh terhadap dosa, mereka
terjerumus dalam nafsu perut dan kemaluan, tertutup dari
melihat aib-aib yang ada pada diri mereka, hingga mereka
menjadi sesat dengan tanpa mereka sadari. Mereka makan
makanan haram dan meninggalkan makanan halal, ridla
mendapatkan keuntungan dengan menjual ilmu, merasa
malu untuk berkata “tidak tahu” ketika ditanya sesuatu yang
mereka tidak ketahui. Mereka adalah para hamba dunia
bukan ulama syari’at. Karena bila benar mereka ulama
syari’at maka mereka akan meninggalkan keburukan-
keburukan tersebut. Mereka memakai pakaian-pakaian ala
sufi namun hati mereka layaknya hati srigala. Masjid-masjid
yang seharusnya dikumandangkan nama-nama Allah di
40 Al-Sya’rani, al-Thabaqât…, j. 2, hal. 363

