Page 39 - Sufisme-Dalam-Tafsir-Nawawi-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA
P. 39
S u f i s m e D a l a m T a f s i r N a w a w i | 38
tentu kita akan memahami dasar atau orientasi kandungan kitab
Salâlim al-Fudlalâ’ adalah tasawuf. Benar, bahasan kitab ini adalah
tasawuf. Syekh Nawawi menulisnya sebagai syarah dari Manzhumah
43
Hidayat al-Adzkiya’ ila Thariq al-Auliya . Kitab terakhir disebut
adalah karya Syekh Zaenuddin; ayah dari Syekh ‘Abdul ‘Aziz; ayah
dari Syekh Zaenuddin. Syekh Zaenuddin yang disebut terakhir
adalah penulis kitab Fath al-Mu’in (sebuah kitab fiqh madzhab
Syafi’i), artinya Syekh Zaenuddin yang disebut pertama adalah
kakek dari Syekh Zaenuddin ke dua.
Nama lengkap penulis Manzhumah Hidayat al-Adzkiya’ adalah
Zaenuddin bin ‘Ali bin Ahmad al-Syafi’i. Lahir hari kamis, 12
Sya’ban 871 H, di Kausyan, salah satu kota Malibar (India). Wafat
di tempat yang sama pada malam Jum’at, 16 Sya’ban 928 H.
Asumsi awal untuk memahami kitab Salâlim al-Fudlalâ’ adalah
terlebih dahulu harus memahami kandungan Manzhumah Hidayat al-
Atqiya. Sebab Syekh Nawawi hanya membuat Syarah dari
43 Manzhumah ini dalam Bahr Kamil (dengan wazan Mutafa’ilun tiga kali).
Syekh Nawawi menyebutkan asal mula penulisan manzhumah ini. Bahwa suatu
ketika Syekh Zaenuddin dalam kebimbangan antara menyibukan diri dengan
fiqh atau tasawuf. Hingga kemudian pada suatu malam bermimpi ada seseorang
berkata kepadanya bahwa jika hendak menyebrangi sungai deras maka harus
melawan arus sungai tersebut, dengan demikian akan sampai kepada arah yang
hendak di tuju, bukan dengan mengikuti arus itu sendiri. Syekh Zaenuddin
memahami jalan tersebut sebagai jalan tasawuf. Nawawi, Muhammad Nawawi
al-Jawi, Salâlim al-Fudlalâ’ Syarh Manzhumah Kifayat al-Atqiya’ Ila Thariq al-Auliya’
karya Syekh Zaenudin ibn ‘Ali al-Malibari Bandung, Syarikat al-Ma’rif, t. th, hal.
3.

