Page 35 - Sufisme-Dalam-Tafsir-Nawawi-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA
P. 35
S u f i s m e D a l a m T a f s i r N a w a w i | 34
ilmu ma’amalat seperti nikah, talak, perniagaan, dan seluruh
apa yang diwajibkan dan disunnahkan oleh Allah .
39
Syekh ‘Abd al-Wahhab al-Sya’rani dalam kitab al-Anwâr al-
Qudsiyyah berkata: “Ilmu-ilmu Ahl Allah (para kekasih Allah) tidak
lain adalah ilmu-ilmu yang dibawa oleh Rasulullah. Mereka semua
terikat dengan tuntunan syari’at, dan mereka semua tidak keluar
dari tuntunan syari’at tersebut kepada pendapat pribadi (al-ra’y) dan
qiyas, kecuali dalam beberapa hal saja”.
Dalam bagian lain dalam kitab yang sama beliau berkata:
“Sesungguhnya jalan kaum (sufi) ini diintisarikan dari al-Qur’an dan
Sunnah, layaknya emas dan permata sebagai intisari. Dengan
demikian siapa yang bukan benar-benar seorang alim maka ia tidak
akan pernah menjadi bagian dari kaum ini. Karena setiap gerak dan
diam bagi orang-orang yang berada pada kaum ini selalu ditimbang
dengan timbangan syari’at. Maka itu mestilah ia mengetahui
timbangan-timbangan tersebut sebelum ia berbuat suatu apapun”.
39 Dalam tinjauan al-Kalabadzi bahwa seorang yang hendak menjalani
medan tasawuf (sâlik) maka pertama-tama yang harus ia lakukan adalah
bersungguh-sungguh dalam mempelajari ilmu agama dan hukum-hukumnya
(‘Ilm al-Furû’), sesuai puncak kemampuan yang ia miliki. Tentu, kewajiban
mempelajari Ilm al-Furû’ ini setelah ia benar-benar memahami ilmu tauhid,
karena ilmu tauhid merupakan pondasi dari seluruh ilmu. Kewajiban
mendahulukan belajar ilmu tauhid di atas ilmu-ilmu lainnya adalah perintah al-
Qur’an, Sunnah dan merupakan Ijma’ para ulama Salaf yang saleh. Ilmu tauhid
di sini adalah ilmu akidah yang sejalan dengan keyakinan Ahlussunnah Wal
jama’ah. al-Kalabadzi, al-Ta’arruf…, hal. 104

