Page 45 - Sufisme-Dalam-Tafsir-Nawawi-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA
P. 45

S u f i s m e   D a l a m   T a f s i r   N a w a w i  | 44

            bahwa dirinya telah menjadi seorang wali Allah dan telah mencapai hakekat,
            serta meyakini bahwa syari’at telah gugur darinya maka ia adalah seorang
            yang  sesat  dan  menyesatkan,  karena  sesungguhnya  ajaran-ajaran  syari’at
            tidak pernah gugur dari para nabi Allah, maka bagaimana mungkin dapat

                               52
            gugur dari para wali” .
                    Kesimpulan  penulis,  sebagaimana  secara  keseluruhan  dari
            128 bait dalam Manzhumah Hidayat al-Atqiya’ adalah unsur tasawuf
            sejati yang dipraktekan para sahabat Rasulullah (atau yang disebut
            dengan  tasawuf  sunni  akhlaqi),  demikian  pula  Salâlim  al-Fudlalâ’
            yang merupakan Syarah Manzhumah tersebut. Dapat dipastikan saat
            kita  membaca  Manzhumah  ini  atau  syarahnya  tidak  akan
            menemukan  konflik  krusial  antara  para  ahli  fiqh  dan  kaum  sufi.
            Ketiadaan konflik inilah yang ditulis Syekh Nawawi dalam Salâlim
            al-Fudlalâ’’.



            Metode Tafsir Marâh Labîd

                a.  Makna Tafsir Menurut Syekh Nawawi al-Bantani

                    Firman  Allah  dalam  al-Qur’an  QS.  al-Furqan:  33;  Wa
            Ahsana  Tafsîran  adalah  salah satu ayat yang sering dijadikan dasar
            oleh  para  ulama  untuk  menjelaskan  pengertian  tafsir.  Syekh
            Nawawi al-Bantani dalam kitab tafsirnya dalam memahami ayat ini
            mengatakan: “Ahsana bayânan wa aqwâ hujjatan”. Maka definisi tafsir

            menurut Syekh Nawawi  adalah keterangan mengenai ayat-ayat al-

                    52  Nawawi, Salâlim al-Fudlalâ’ …, hal. 13
   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50