Page 48 - Sufisme-Dalam-Tafsir-Nawawi-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA
P. 48
S u f i s m e D a l a m T a f s i r N a w a w i | 47
Marâh Labîd dikenal juga dengan Tafsîr al-Nawawi atau al-
Tafsîr al-Munîr, karena kitab ini adalah kitab tafsir al-Qur’an.
“Tempat istirahat [atau kandang] macan”, kira-kira demikian makna
kalimat Marâh Labîd. Kitab tafsir dalam dua jilid besar ini sangat
populer di dunia Islam, tidak terkecuali di Indonesia, terlebih di
pondok-pondok pesantren tradisional (Salafiyah). Popularitas kitab
tafsir ini di kalangan dunia Islam dari masa ke masa menunjukan
bahwa secara kwalitas patut di sejajarkan dengan tafsir-tafsir karya
ulama terkemuka sebelumnya. Penulis tidak hendak mengupas
kandungan tafsir dimaksud secara menyeluruh. Tetapi hanya
hendak melihat dimensi sufisme yang dituangkan oleh Syekh
Nawawi dalam beberapa ayat yang seringkali dijadikan landasan
dalam ajaran tasawuf.
Sebenarnya tidak ada keterkaitan krusial antara sebuah kitab
tafsir dengan disiplin ilmu tasawuf, kecuali apa bila kitab tafsir
tersebut memakai metodologi dan pemahaman tasawuf. Tafsir al-
Qur’an yang ansich pemahaman tasawuf dari awal hingga akhir,
kemungkinan tidak akan kita temukan. Yang mungkin ada hanyalah
pada ayat-ayat tertentu. Penafsiran-penafsiran sufi inilah yang
kemudian dikenal dengan tafsîr isyâri.
Demikian pula yang akan kita temukan dalam Marâh Labîd,
kitab ini seperti umumnya semua tafsir; adalah kitab yang ditulis
untuk dapat memberikan pemahaman al-Qur’an secara integral. Di
sana sini akan banyak kita temukan pembahasan suatu lafazh atau
ayat dari segi nahwu dan sharaf (Mawqi al-I’râb), susunan kata atau

