Page 54 - Sufisme-Dalam-Tafsir-Nawawi-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA
P. 54
S u f i s m e D a l a m T a f s i r N a w a w i | 53
bagaimana usaha untuk mensucikan diri dari kotoran-
kotoran tersebut, bagaimana menanamkan akhlak yang
mulia dalam jiwa, menghindari tipuan-tipuannya,
menghindari tipuan dunia, dan bagaimana cara menyelamat
diri dari tipuan dunia tersebut. Inilah yang disebut dengan
ilmu hikmah (‘Ilm al-Hikmah). Kemudian jika jiwa tersebut
telah memiliki konsistensi dalam melaksanakan kewajiban-
kewajibannya dan telah menjadi jiwa yang baik dalam
tabi’atnya, maka pada tingkatan selanjutnya akan mudah
untuk menghiaskan akhlak mulia pada jiwa tersebut. Dari
sini secara otomatis ia akan melepaskan diri dari segala
kesenangan-kesenangan dunia yang hanya sesaat. Dalam
keadaan inilah seorang hamba akan dapat mengawasi setiap
gerakan hatinya (Murâqabah al-Khawâthir), dengan demikian
ia selalu dapat mensucikannya. Inilah yang disebut dengan
ilmu ma’rifat (‘Ilm al-Ma’rifah)” .
61
Karena itu, atas dasar tujuan untuk mencapai tingkatan-
tingkatan ini, al-Qusyairi dalam al-Risâlah telah merinci tingkatan-
tingkatan (al-Maqâmât) yang harus ditempuh oleh seorang sâlik
dalam pengamalan tasawufnya. Maqâm-maqâm yang harus
ditempuh ini sebenarnya tidak hanya khusus bagi kaum sufi saja,
tetapi juga diperintahkan atas setiap pribadi muslim. Karena pada
dasarnya perjalanan melewati maqam-maqam tersebut adalah usaha
61 al-Kalabadzi, al-Ta’arruf…, hal. 105

