Page 86 - Sufisme-Dalam-Tafsir-Nawawi-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA
P. 86
S u f i s m e D a l a m T a f s i r N a w a w i | 85
dalam kebaikan-, berbeda dengan seorang yang bodoh. Simak apa
yang ditulis Syekh Nawawi dalam tafsirnya:
دنع نوعمتيج ءاملعلا ىرن ثم لالما نم لضفأ ملعلا نولوقت مكنإ ءاملعلا ضعبل ليق
لدي اضيأ اذه نبا باجأف ،ءاملعلا باوبأ دنع يعمتمُ كوللما ىرن لاو كوللما باوبأ
ام اوفرعي لم لاهلْاو هوبلطف عفانلما نم لالما فِ ام اوملع ءاملعلا نلأ ملعلا ةليضف ىلع
. 139 هوكثّف عف انلما نم ملعلا فِ
“Dikatakan bagi sebagian ulama: Sesungguhnya kalian berkata bahwa ilmu
lebih utama dibanding harta, padahal kami melihat ada banyak para ulama
yang berkumpul di pintu para penguasa, sementara kami tidak pernah
melihat para penguasa berkumpul di pintu para ulama?! Maka dijawab:
Sesungguhnya itu juga menunjukan keutamaan ilmu, oleh karena para ulama
mengetahui bahwa pada harta ada banyak manfaat sehingga mereka
mencarinya, sementara orang-orang bodoh tidak mengetahui bahwa pada ilmu
terdapat banyak manfaat sehingga mereka meninggalkannya”.
Pada dasarnya pemahaman Syekh Nawawi ini tidak berbeda dengan
pemahaman umunya kaum sufi. Walaupun kebanyakan mereka
menyarankan untuk menjauh dari wilayah kekuasaan, tidak bergaul
dengan para penguasa, terlebih dengan tujuan untuk mendapat
dunia dari mereka, namun bila dengan tujuan yang baik, artinya
untuk kemaslahatan orang-orang Islam maka itu bukan perbuatan
tercela. Dalam hal ini Syekh Nawawi bukan berarti keluar dari
pakem yang seakan telah ditetapkan oleh para ahli tasawuf.
139 Nawawi, Marâh Labîd …, j. 2, hal. 276

