Page 100 - anzdoc.com_sejarah-nasional-indonesia-vi
P. 100
tidak pasti setelah KMB. Keberhasilan APRIS yang menguasai keadaan pada
saat itu semakin memperbesar semangat golongan rakyat dan kaum republiken
untuk kembali ke NKRI. Namun kondisi tersebut mengakibatkan tindakan-
tindakan teror dan intimidasi terhadap golongan republiken yang menghendaki
bergabung dengan NKRI telah tampak sejak bulan Februari 1950. Serangkaian
terror dan kekerasan pun terjadi di beberapa tempat di Indonesia.
e. Pemberotakan DI/TII
Pemberontakan selanjutnya adalah Darul Islam/Tentara Islam Indonesia.
Pemimpin pemberontakan ini adalah SM. Kartosuwiryo, merupakan eks-tokoh
yang sebenarnya ikut terlibat dalam perang kemerdekaan sebelum perjanjian
Renville. Pemberontakan DI/TII merupakan pemberontakan terlama dan
skalanya yang juga luas sehingga dianggap mengancam NKRI. Sebagaian pasukan
Kartosuwiryo mendapat pelatihan militer dari Hizbullah. 33
Gambar 3.3 Pasukan DI/TII sedang berdiskusi dengan latar belakang bendera DI/TII. Sumber:
www.google.co.id/image
Konsep yang berseberangan dengan pemerintah mengenai cara
pengelolaan negara ikut membidani lahirnya pemberontakan DI/TII. Melalui
konsep dan pemikirannya yang hendak mendirikan Negara Islam Indonesia,
Kartoswiryo berhasil mempengaruhi tokoh-tokoh dengan afiliasi Islam lainnya
di berbagai daerah untuk bergabung dengan DI/TII bentukannya. Akibatnya,
33 Hizbullah adalah salah satu pasukan semi-mililter yang didirikan pada zaman penduduk Jepang
untuk golongan Islam. Setelah Indonesia merdeka, sebagian dari pasukan ini yang tidak terdaftar menjadi
tentara regular (TNI) kemudian menjadikan Hizbullah sebagai laskar-laskar yang turut serta dalam perang
kemerdekaan. Selain itu Hizbulla juga identik dengan partai Masyumi. Pasca Perjanjian Renville sebagian
pasukan Hizbullah di Priangan melakukan pemberontakan yang dipimpin oleh Kartosuwiryo. Lihat Robert
Cribb, 2010, Para Jago dan Kaum Revolusioner Jakarta 1945-1949, Jakarta: Masup Jakarta. h.102-103.
Sejarah Nasional Indonesia VI 96