Page 108 - anzdoc.com_sejarah-nasional-indonesia-vi
P. 108
Sumatera mendapat respon positif dari masyarakat Sulawesi, terutama oleh
Permesta. Panglima Somba, selaku pimpinan Permesta menyatakan melalui
siaran RRI bahwa gerakan Permesta mendukung PRRI bahkan siap jika PRRI
bekerjasama dengan Permesta untuk meninggalkan pemerintah pusat. 56
Ucapan panglima Somba melalui siaran RRI tersebut ternyata didengar oleh
pemerintah pusat. Oleh karena itu, pada pagi hari di bulan yang sama, Angkatan
Udara Republik Indonesia (AURI) terbang di atas langit Manado. Kemudian
tepat diatas studio RRI Manado, tempat dimana Panglima Somba megatakan
pidatonya, AURI menjatuhkan sebuah bom yang membuat gedung tersebut
rusak. Aksi pengeboman yang dilakukan AURI tersebut seperti menandakan
57
akan dimulainya sebuah perang.
Situasi pasca pengeboman menjadi genting, dimana para pasukan
Permesta yang tidak senang dengan adanya aksi yang dilakukan oleh AURI mulai
melakukan serangkaian gerakan. Mereka menempatkan para pasukannya ke
kubu – kubu pertahanan yang telah disebar. Permesta juga menyebarkan para
pasukannya ke daerah–daerah yang strategis, yang kira – kira pasukan AURI akan
melakukan pendaratan di daerah sekitar Manado. 58
Singkatnya, Permesta melakukan blockade jalan masuk bagi AURI. Setelah
berjaga-jaga dari serangan lanjutan yang sekiranya akan dilakukan AURI.
Permesta kemudian melancarkan aksinya pada bulan April dengan melakukan
gerakan Ofensif militer. Mereka segera membentuk sebuah pasukan angkatan
udara yang diberi nama AUREV (Angkatan Udara Revolusioner). Mereka juga
diketahui menyewa seorang pilot berkebangsaan Amerika bernama Allan Poppe. 59
Direkrutnya salah seorang yang berkebangsaan Amerika memperlihatkan
bahwa pada saat itu, Permesta mendapat bantuan dari negara Amerika Serikat.
Jika dilihat dari keberadaan Allan Poppe sebagai Pilot angkatan udara, serta
dibentuknya AUREV, maka dipastikan pada saat itu, terdapat suatu pesawat
militer angkatan udara yang berada di Manado. Pesawat tersebut diduga berasal
dari Taipei, dimana pada saat itu Taipei memilih untuk bergabung bersama
dengan blok barat, dan seperti yang telah diketahui oleh umum bahwa Blok
56 Phill. M. Sullu, 1997, PERMESTA :Jejak – Jejak Pengembaraan, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. h. 18
57 Ibid, h.19
58 Ibid, h. 24
59 Poesponegoro & Notosusanto, Op.Cit. h. 377
Sejarah Nasional Indonesia VI 104