Page 132 - anzdoc.com_sejarah-nasional-indonesia-vi
P. 132

berkembang, Hatta telah mengumpulkan sekitar 10.000 buku namun sayangnya
            belum ada bangunan perpustakaan yang mampu menampungnya, hal ini terjadi
            pada masa Kabinet Sukiman. Hatta menginginkan sebuah pusat kajian budaya
            dan sejarah dan berharap agar perpustakaan sejarah tersebut berbentuk Yayasan

            dan menjadi perpustakaan terbesar dalam bidang itu di Asia. 11


            b.     Bahasa dan Sastra
                  Dalam bidang sastra pada tahun 1950 berjuta-juta orang Indonesia masih

            menggunakan bahasa  daerah dan bahasa  Belanda. Tantangan pemerintah
            adalah  mengokohkan  Bahasa  Indonesia  sebagai  bahasa  pemerintahan,
            pendidikan, dan  teknologi  dalam  dua  tahun  terakhir.  Tugas memajukan  dan
            menyebarluaskan bahasa  nasional  ini  dilakukan oleh pers. Isi dari tugas itu

            sendiri  adalah  mengembangkan bahasa  Indonesia  agar memenuhi tuntutan-
            tuntutan modern.
                              12
                  Gagasan untuk menyempurnakan ejaan Bahasa Indonesia timbul lagi pada
            waktu diadakan Kongres Bahasa Indonesia di Medan pada tanggal 28 Oktober s.d.

            2 November 1954. Kongres itu antara lain mengambil keputusan rakyat supaya
            penyelidikan dan penetapan dasar-dasar ejaan diserahkan kepada suatu badan
            yang diatur oleh pemerintah, yang bertugas menyusun suatu ejaan praktis bagi
            Bahasa Indonesia. Pada bulan September 1956, diadakan Kongres Bahasa dan

            Perpustakaan Melayu di Johor, hal yang dibahas termasuk didalamnya tentang
            ejaan bahasa Indonesia. Sebagai tindak lanjutnya, pada tanggal 4-7 Desember
            1959  di  Jakarta  diadakan  sidang  bersama  antara  Panitia  Pelaksana  Kerja
            Sama Bahasa Melayu - Bahasa Indonesia dengan Jawatan Kuasa Ejaan Resmi

            Baharu  Persekutuan  Tanah  Melayu.  Sidang  bersama tersebut  menghasilkan
            pengumuman bersama Ejaan Bahasa Melayu-Indonesia (Melindo).
                                                                             13
                  Pada tahun 1950, gelenggang sastra Indonesia masih mendapat ciri yang
            sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Pengarangnya kebanyakan dari tokoh-

            tokoh angkatan sebelumnya. Tahun 1953 terbit majalah Kisah yang mendapat
            perhatian serta memberi kesempatan yang besar kepada para pengarang muda
            untuk menerbitkan karyanya. Setelah itu, terbit majalah  Prosa,  Seni,  Tjerita,


            11   Deliar Noer, Mohammad Hatta; Biografi Politik, (Jakarta: LP3ES, 1991)  hh. 417-418
            12   Hamid Basyaib, Kemelut Demokrasi Liberal, (Jakarta: LP3ES. 1992) hh.424-428
            13   Poesponegoro & Notosussanto, Op.Cit. hh.390-391

                                                  Sejarah Nasional Indonesia VI            128
   127   128   129   130   131   132   133   134   135   136   137