Page 205 - anzdoc.com_sejarah-nasional-indonesia-vi
P. 205
ekspor dan perkreditan luar negeri.
41
Dalam hal ini, kebijakan politk luar negeri yang berhubungan dengan
perdagangan dan perkonomian serta perkreditan memiliki kecenderungan
pada ajaran Marxisme yang bersandar kepada prinsip realitas yang ada dalam
masyarakat dan aktivitas politiknya disesuaikan realitas yang ditemukan. Ini
42
diperkuat ketika Presiden Soekarno mencanangkan Program Berdikari pasca
presiden berselisih dengan AS karena kebijakannya dianggap terlalu Sosialis,
dan juga karena begitu banyaknya korupsi. Program Berdikari ini sangat tampak
berhaluan sosialis ketika meminta bantuan alternartif dari Uni Soviet dan Cina.
Disinilah letak sumber pengertian dan latar belakang tindakan-tindakan
pemerintahan Soekarno selama demokrasi terpimpin itu mengenai perkreditan
luar negeri dilandasi dengan konsep meng-arrangement dan readjustment
dengan negara kreditor yang berlaku secara Internasional. Namun disatu pihak
masyarakat Indonesia yang baru merasakan kemerdekaan justru dibebani
dengan utang luar negeri yang besar. 43
Akibat kebijakan kredit luar negeri ini utang-utang negara semakin
meningkat, dan sebaliknya ekspor semakin menurun. Utang luar negeri dibayar
dengan kredit baru atau melalui penangguhan pembayaran. RI tidak mampu lagi
membayar tagihan-tagihan luar negeri, yang mengakibatkan adanya insolvensi
internasional. Negara menyetop pengimporan dan mengacaukan distribusi,
produksi dan perdagangan serta menimbulkan kegelisahan dikalangan
penduduk. Ditambah ekspor yang menurun karena salah satunya perdagangan
karet dengan Cina dihargai sangat rendah dengan selisih dengan harga lokal 5-6
$ sen per lbs dan semuanya diatur oleh Cina. 44
Demikianlah kondisi perekonomian Indonesia pada masa Demokrasi
Terpimpin. Kebijakan ekonomi yang memiliki banyak pertentangan antara
peraturan dan UU dengan perintah presiden karena adanya wewenang presiden
yang besar dalam membuat peraturan setingkat dengan UU, kondisi ini terus
memburuk hingga tahun 1966.
45
41 Nino Oktrino, et.al. Muatan Lokal, Ensiklopedia Sejarah dan Budaya Sejarah Nasional Indonesia,
(Jakarta: PT Lentera Abadi, 2009). h. 241
42 Poesponegoro dan Notosoesanto. Op.Cit. hh. 433-434.
43 Ibid. h. 434.
44 Ibid, hh.434-435.
45 Sudirman. Op.Cit. h. 397.
Sejarah Nasional Indonesia VI 201