Page 203 - anzdoc.com_sejarah-nasional-indonesia-vi
P. 203

d.   Bank Tunggal Milik Negara
                    Dari semua kesulitan-kesulitan ekonomi  yang terjadi, seharusnya
            dengan memiliki bank sentral Indonesia mampu mengatasinya atau paling tidak

            mengurangi beban ekonomi yang terjadi masa itu. Indonesia yang telah memiliki
            bank sentral sebelumnya yaitu dengan menasionalisasikan Bank De Javasche
            Bank sebagai bank sentral pada 1 Juli 1953 dengan nama Bank Indonesia dirasa
            terlalu cepat dan tanpa perencanaan yang matang dalam proses nasionalisasinya,

            sehingga tugas, fungsi, dan peranannya sempat tidak berjalan dengan lancar.
                                                                                       35
                    Ketidaklancaran  fungsi  dari  bank  sentral  terlihat  dari  pemerintah
            Indonesia yang terus-menerus membiayai kekurangan neraca pembayarannya
            dari cadangan emas dan devisa yang terjadi pada tahun 1961. Indonesia untuk

            pertama kalinya dalam sejarah moneter membelanjakan cadangan emas dan
            devisanya dengan saldo negatif sebesar US$ 3 juta di akhir tahun 1965. Ini terjadi
            sebagai dampak dari politik konfrontasi yang terus-menerus dilakukan dan serta
            kebijakan-kebijakan ekonomi yang tidak mampu membendung lajunya inflasi.    36

                      Ditambah  dengan  kelanjutan  penurunan  nilai  uang(devaluasi)  yang
            dilakukan pada 13 desember 1965 menjadikan uang senilai Rp.1000,00 menjadi
            Rp.1,00. Sehingga, uang rupiah baru mestinya di hargai 1000 kali lipat dari uang
            Rupiah lama. Tetapi, setelah tersebar di masyarakat uang rupiah baru hanya

            dihargai  10  kali  lipat  lebih  tinggi.  Maka  tindakan  yang  diharapkan  menekan
            angka inflasi malah meningkatkan angka inflasi. 37
                    Pada  pelaksanaan  ekonomi  terpimpin,  semua bank-bank  yang pada
            dasarnya diatur dan  dikoordinasi  oleh  suatu instansi  dan  termasuk  bank

            Indonesia diatur oleh suatu instansi sehingga kurangnya wadah arus putaran
            sirkulasi antar bank, tetapi oleh Presiden Soekarno dianggap perlu melakukan
            integrasi semua bank negara dalam suatu organisasi bank sentral. Untuk itu,
            dikeluarkan  Penetapan  Presiden  No.7  Tahun  1965  tentang  pendirian  Bank

            Tunggal Milik Negara. Pertimbangan pembentukannya didasari oleh UUD RI dan
            doktrin-doktrin Revolusi Indonesia.
                    Tujuan dari kebijakan ini  adalah  menyediakan wadah bagi arus
            perputaran sirkulasi antar bank yang telah disebutkan sebelumnya, baik itu bank


            35   Rudiana., Op.Cit. h. 50.
            36   Poesponegoro dan Notosoesanto.  Op.Cit. h. 432.
            37   Poesponegoro dan Notosoesanto.,  Op.Cit. h. 432

                                                  Sejarah Nasional Indonesia VI            199
   198   199   200   201   202   203   204   205   206   207   208