Page 199 - anzdoc.com_sejarah-nasional-indonesia-vi
P. 199
d. Hiperinflansi
Pada tahun 1961 inflansi biasa berubah menjadi hiperinflansi yang
ditandai oleh laju inflansi yang sangat tinggi sekitar 100% atau lebih.
Tetapi ada satu ciri khas yang membedakan hiperinflansi dari inflansi
biasa selalu ditandai oleh hilangnya kepercayaan orang memegang
uang, ketika ia menerima uang segera ia belanjakan untuk membeli
barang untuk menghindari kerugian dari nilai uang yang merosot
cepat. Gejala psikologis ini sulit diukur secara langsung tetapi bisa
dideteksi dengan melihat apakah laju inflansi lebih cepat daripada laju
kenaikan jumlah uang beredar. Selain kebijakan menurunkan inflansi
juga dikeluarkan Peraturan Pemerintah penganti Undang-undang No.3
tahun 1959 tentang pembekuan sebagian simpanan pada bank-bank
yang dimaksudkan untuk mengurangi banyak uang yang beredar yang
terutama pada tahun 1957 dan 1958 sangat meningkat jumlahnya.
Pada tahun 1959 juga telah diputuskan bahwa mulai tanggal
1 januari 1960 orang-orang asing dilarang melakukan perdagangan
di daerah perdesaan, walaupun ketetapan ini mempengaruhi para
pedagang Arab dan India akan tetapi pada dasarnya ketetapan ini
merupakan suatu langkah yang didorong oleh pihak militer untuk
merugikan orang-orang cina, melemahkan persahabatan Jakarta
dengan negara Cina, dan mempersulit urusan PKI. Pada akhir tahun
1959 pihak tentara mulai memindahkan orang-orang Cina secara
paksa dari daerah-daerah pedesaan ke kota-kota, kira-kira 119.000
orang dipulangkan kembali ke Cina. Pada tahun 1960 pihak militer juga
meningkatkan pengaruh langsungnya terhadap pemerintahan sipil
ketika lima orang perwira menjadi gubernur propinsi. 23
23 Budihabsari, Ekonomi Indonesia: Dalam Lintasan Sejarah, (Bandung: PT Mizan Pustaka. 2016), h. 101
Sejarah Nasional Indonesia VI 195