Page 346 - anzdoc.com_sejarah-nasional-indonesia-vi
P. 346

terpimpin itu adalah keliru dan institusional sebab sebagai Presiden, dia tidak

            berhak mengeluarkan suatu pernyataan politik. Pengunduran diri Hatta ini telah
            membuat pergolakan  di  daerah-daerah  semakin meningkat.  Pada  umumnya
            tokoh-tokoh di daerah menyesalkan pengunduran ini, salain itu perasaan anti
            terhadap Presiden Soekarno dan Jakarta semakin meluas.  41

                  Kebijakan otoriter Soekarno ditentang oleh Masyumi, PSI, dan beberapa
            sekutunya.  Mereka lalu  mendirikan  organisasi  yang  disebut  Liga Demokrasi.
            Bersama dengan Wali Gereja Indonesia, Liga Demokrasi menyatakan menentang
            Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR-GR). DPR-GR dibentuk Soekarno

            setelah ia membubarkan DPR hasil Pemilu 1955. Alasan utama sikap oposisi ini
            adalah karena meluasnya pengaruh PKI dalam DPR-GR dimana PKI menguasai
            25% dari jumlah kursi yang ada. 42

























              Gambar 9.5 Pelantikan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong oleh Presiden Soekarno di
                Istana Merdeka pada tanggal 25 Juni 1960. Sumber: Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka

                  Pertengahan tahun 1958 terjadi perdebatan terbuka antara Bung Hatta dan
            Bung Karno mengenai konsepsi demokrasi untuk Indonesia. Perdebatan timbul
            akibat gagasan yang dilontarkan Soekarno mengenai Demokrasi Terpimpin-nya.
            Bung Hatta memberi pandangannya yang diperlukan  adalah demokrasi yang

            bertanggung jawab. Jaksa Agung Suprapto mengeluarkan penyataan, bahwa dia
            mendukung konsepsi Demokrasi Terpimpin Soekarno, dan mengatakan bahwa
            Demokrasi Terpimpin cocok dengan kepribadian bangsa Indonesia.   43
            41   Ibid., h. 58.
            42   Oktorino., et.al, Op.Cit., h. 240
            43   Lubis, Op. Cit. h. 57.
                                                  Sejarah Nasional Indonesia VI            342
   341   342   343   344   345   346   347   348   349   350   351