Page 349 - anzdoc.com_sejarah-nasional-indonesia-vi
P. 349

3.  Inti MANIPOL adalah USDEK, sehingga lebih dikenal dengan MANIPOL
                      USDEK.
                  4.  Pengangkatan Soekarno sebagai Pemimpin Besar Revolusi yang berarti

                      sebagai presiden seumur hiduup.
                  5.  Pidato presiden yang berjudul “Berdiri di Atas Kaki Sendiri” sebagai
                      pedoman revolusi dan partai politik luar negeri. 49
                  Selain itu juga, banyak di antara anggota mengecam Demokrasi Terpimpin
            karena  kurang  bersifat  demoktaris.  Prawoto  Mangkusasmito  (Masyumi)

            menegaskan  bahwa  definisi  Demokasi  Terpimpin  hanya  berupa  slogan  yang
            tidak  jelas.  Misalnya,  kepemimpinan  dalam  Demokrasi  Terpimpin  menurut
            definisi dalam pidato Presiden ialah musyawarah “yang dipimpin oleh hikmah

            kebijaksanaan  musyawarah”,  bukan  oleh  “perdebatan  dan  taktik  untuk
            mengakhiri pembahasan dengan cara konfrontasi antara penganut, penentang
            dan menghitung suara pro atau kontra sebuah usul”. Tetapi, konfrontasi antara
            penganut dan penentang yang pada akhirnya menghasilkan pemungutan
            suara  tidak  dapat  dielakkan  dan  umunya  diterima  sebagai  “keburukan  yang

            dibutuhkan” karena tidak ada cara demokrasi lain untuk mencapai keputusan.
            Kemudian  ia menentang pendapat Soekarno bahwa kebebasan berpendapat
            dan kebebasan berbicara di batasi dalam Demokrasi Terpimpin.

                  Soekarno memberi kesan bahwa demokrasi selain Demokrasi Terpimpin
            tidak terbatas. Tetapi, demokrasi selalu mempunyai batas. Menurutnya, semua
            ini  harus  ditetapkan  dalam  norma-norma  hukum  dan  tidak  boleh  dibiarkan
            dalam tangan pemimpin  besar  karena akan mempermudah penyalahgunaan
            kekuasaan.   Abidin  (Partai  Buruh)  menyangkal  bahwa  Demokrasi  Terpimpin
                       50
            sesuai  dengan  kepribadian  dan  filsafat  hidup  bangsa  Indonesia  karena  di
            negeri ini terdapat berbagai filsafat hidup yang sangat berbeda sesuai dengan
            keanekaragaman suku bangsa. Karena itu menurut Abidin, sistem pemerintahan

            yang paling cocok untuk Indonesia ialah bentuk negara federasi yang di dalam
            naungannya negara-negara anggota bebas untuk mengatur urusan  dalam
            negerinya sendiri.




            49   Ibid., hh. 392-393.
            50   Adnan Buyung Nasution, Aspirasi Pemerintaha Konstitusional di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Utama,
            1995), h. 366.

                                                  Sejarah Nasional Indonesia VI            345
   344   345   346   347   348   349   350   351   352   353   354