Page 354 - anzdoc.com_sejarah-nasional-indonesia-vi
P. 354
Di pelaksanaan Dekon, lebih cenderung pada unsur terpimpinnya
di bandingkan dengan asas-asas ekonomi yang demokratis, sehingga boleh
dikatakan struktur ekonomi Indonesia menjurus kepada Etatisme. Pada masa
ini pengeluaran negara bertambah besar, karena prinsip-prinsip ekonomin
diabaikan. Defisit dari tahun ke tahun terus meningkat sampai 40 kali, dari Rp
60,5 milyar menjadi sekitar Rp 2.514 milyar. Sedangkan penerimaan negara
hanya naik sekitar 17 kali pada 1965, yaitu Rp 53,6 milyar menjadi sekitar Rp
913,4 milyar.
61
Pada bulan Januari – Agustus 1966 pengeluaran negara mencapai Rp 11
milyar, sedangkan penerimaan negara hanya Rp 3,5 milyar, terjadi defisit sekitar
Rp 7,5 milyar. untuk menutup defisit ini, pemerintah mencetak uang baru tanpa
mengingat cadangan emas yang ada. Sebagai akibat dari semua ini, volume uang
yang beredar bertambah besar. Sebagai contoh: pada tahun 1960 jumlah uang
yang beredar Rp 47,8 milyar, dan pada tahun 1965 menjadi Rp 27.750 milyar.
Nyatalah bahwa sistem Ekonomi Terpimpin, yang berlandaskan Dekon gagal
total dan merupakan keadaan yang paling suram sepanjang sejarah Indonesia
Merdeka. Penyebab kegagalan itu antara lain ialah:
1. Penanganan masalah ekonomi tidak rasional dan lebih bersifat politik.
2. Tidak ada pengawasan atau kontrol dari atas, sehingga mekanismenya
tidak berjalan sesuai dengan aturan.
3. Tidak ada ukuran yang objektif dalam menilai sesuatu usaha atau hasil
kerja seseorang.
4. Situasi politik, yaitu konfrontasi dengan Malaysia yang membutuhkan
biaya yang besar, berakibat semakin cepatnya kemerosotan ekonomi
Indonesia. 62
Adapun alasan mengapa penggeribian mengalami kegagalan yang
pertama, penghasilan negara memang berkurang. Gangguan keamanan
akibat pergolakan derah menyebabkan ekspor menurun dan tidak segera
pulih. Kedua, pengambilalihan perusahaan Belanda nyaris mengguntungkan
kalau saja Indonesia mempunyai tenaga-tenaga manajemen yang cakap dan
berpengalaman. Ketiga, PN, PDN, PPN, yang didirikan pemerintah dengan
61 Hasan, et.al. Op. Cit. h. 186.
62 Ibid. h, 186.
Sejarah Nasional Indonesia VI 350