Page 449 - anzdoc.com_sejarah-nasional-indonesia-vi
P. 449
No. 86 tahun 1958 tentang nasionalisasi perusahaan
reminder Belanda di Indonesia, selain itu juga beberapa kebijakan
lainnya yaitu: memindahkan pasar pelelangan tembakau
Langkah Indonesia
juga menempuh Indonesia ke Bremen (Jerman Barat); aksi mogok buruh
konfrontasi bidang perusahaan Belanda di Indonesia; melarang maskapai
politik dan ekonomi
dengan Belanda penerbangan Belanda melintas di wilayah Indonesia;
Pada tanggal 27 melarang pemutaran film-film berbahasa Belanda. 22
Desember 1958. Dengan berbagai cara tersebut, maka cukup
Presiden Soekarno
mengeluarkan UU efektif dalam mengatasi pemasalahan pengembalian
No. 86 tahun 1958 Irian Barat ke wilayah Indonesia. Dalam hal ini secara
tentang nasionalisasi
perusahaan Belanda rinci perjuangan pengembalian Irian Barat ke wilayah
di Indonesia Indonesia dalah sebagai berikut:
3 Konfrontasi Militer
Indonesia Belanda
Akibat upaya penyelesaian Irian Barat tidak berhasil, maka pemerintah
Indonesia dan rakyat Indonesia menempuh jalan konfrontasi dengan Belanda
dalam upaya penyelesaian Irian Barat melalui kekuatan militer. Pemerintahan
Indonesia mulai membangun kekuatan militer modern yang besar, dengan
mengusahakan memperoleh bantuan persenjataan ke luar negeri serta bantuan
teknis dari Uni Soviet dan anggota-anggota blok timur, untuk merebut Irian Barat
lewat konfrontasi militer. Pada bulan Desember 1960, suatu misi di bawah
23
pimpinan Menteri Keamanan Nasional/ KASAD Jenderal Nasution bertolak ke
Moskow dan berhasil mengadakan suatu perjanjian pembelian senjata, untuk
menanggapi kemungkinan terjadinya konfrontasi militer.
24
Pembentukan front nasional pembebasan Irian Barat pada tanggal 31
Desember 1959 merupakan salah satu pelaksana pembela keutuhan wilayah
Indonesia khususnya perjuangan mengembalikan Irian Barat ke dalam wilayah
22 Ibid. hh. 327-328
23 Dorodjatun Kuntjoro Sakti, 2014. Menerawang Indonesia: Pada Dasawarsa Ketiga Abad Ke-21, Jakarta:
Pustaka Alfabet. H. 144
24 Soewarsono, Jejak Kebangsaan: Kaum Nasionalis di Manokwari dan Boven Digoel, (Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia, 2013). h. 11
Sejarah Nasional Indonesia VI 445