Page 94 - anzdoc.com_sejarah-nasional-indonesia-vi
P. 94
Menteri NIT agar Andi Aziz kembali ke tangsinya dan orang-orang yang ditawan
oleh Andi Aziz segera dibebaskan. 16
Pada pagi hari sekitar pukul 05.00 tanggal 5 April 1950, Kapten Andi Aziz
bersama pasukannya dibantu oleh anggota Koninklijke Leger (Pasukan Belanda)
dan pasukan KNIL menyerang markas APRIS di Makassar. Kekuatan mereka pun
lebih besar jauh melebihi kekuatan APRIS yang ada dan mereka pun akhirnya
berhasil menguasai kota Makassar. Beberapa orang prajurit menjadi korban
bahkan beberapa perwira, termasuk Letnan Kolonel Ahmad Yunus Mokoginta
berhasil ditawan.
17
Pada tanggal 8 April 1950, pemerintah pusat bertindak tegas dalam
menghadapi pemberontakan Andi Aziz ini. Pemerintah pun mengeluarkan
instruksi bahwa dalam waktu 2 x 24 jam Andi Aziz melaporkan diri ke Jakarta
untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya. Pada tanggal 15 April 1950
Andi Aziz telah berangkat ke Jakarta setelah didesak oleh presiden NIT, namun
karena Andi Aziz terlambat melapor ke Jakarta maka ia ditangkap dan diadili.
Sedangkan pasukan yang dipimpin oleh Mayor H. V. Worang terus melakukan
pendaratan di Sulawesi Selatan. Pada tanggal 21 April 1950 pasukan ini
pun berhasil menduduki Makassar tanpa perlawanan berarti dari pasukan
pemberontak. 18
Setelah seminggu dari kejadian itu, Batalion Worang berhasil menduduki
Makassar, pada tanggal 26 April 1950 mendaratlah pasukan ekspedisi yang
dipimpin oleh Kolonel A. E. Kawilarang yang mendarat di pantai timur, tenggara,
dan barat di Sulawesi Selatan. Pasukan ini pun memiliki kekuatan yang cukup
besar sekitar 12.000 personel yang diangkut dengan 12 kapal yang juga
membawa dua tank pendarat. Kapal-kapal tersebut yaitu Korvet Hang Tuah,
Banteng, dan Rajawali. Dengan kedatangan pasukan ini, maka semangat tempur
prajurit APRIS meningkat. Dalam rencana pendaratan APRIS di Sulawesi Selatan
dilakukan pembagian tugas sebagai berikut:
1. Batalion Worang mendarat di Jeneponto menuju Makassar,
2. Batalion Andi Mattalatta mendarat di Pancana, kemudian bergerak ke Pare-
Pare,
16 Noerr, Op.Cit. h. 386.
17 Ibid., h. 352
18 Noerr, loc.cit.
Sejarah Nasional Indonesia VI 90