Page 85 - Nanda Amalia - Hukum Perikatan
P. 85

Pengaturan  selanjutnya  dalam  KUH  Perdata  adalah  termaktub  dalam
                 Pasal 1604 KUH Perdata sampai dengan Pasal 1617 KUH Perdata.
                  Perjanjian  ini  terbagi  dalam  dua  macam,  yaitu  :  a)  Pihak  pemborong
                 diwajibkan  untuk  melakukan  pekerjaannya  saja,  dan  b)  pihak
                 pemborong  selain  melaksanakan  pekerjaannya  juga  wajib  untuk
                 menyediakan  bahannya.  Kedua  macam  perjanjian  ini  akan
                 menghadirkan konsekuensi-konsekuensi tersendiri.

          5.   Persekutuan
              Persekutuan atau yang dalam bahasa Belanda disebut dengan ”maatschap
              atau  venootschap”  dan  di  Inggris  dikenal  dengan  istilah  “partnership”
              adalah persetujuan dengan mana dua orang atau lebih mengikatkan dirinya
              untuk  memasukkan  sesuatu  dalam  persekutuan  dengan  maksud  untuk
              membagi keuntungan yang terjadi karenanya. Pengaturan umum tentang
              persekutuan ini dapat dilihat pada Pasal 1618 KUH Perdata.

              Persekutuan  menurut  Syahmin  AK  (2006:  59)  adalah  merupan  bentuk
              perjanjian  yang  paling  sederhana  dalam  tujuan  untuk  mendapatkan
              keuntungan  bersama.  Dalam  pelaksanaannya,  pada  persekutuan  akan
              terdapat beberapa perjanjian lainnya yaitu perjanjian kerja, perjanjian batas
              waktu  persekutuan,  perjanjian  sekutu  dengan  pihak  ketiga,  perjanjian
              pembagian keuntungan, serta perjanjian – perjanjian lainnya.

              Perjanjian persekutuan berbeda dengan perjanjian-perjanjian lainnya yang
              juga bertujuan untuk mencari keuntungan bersama seperti Firma, maupun
              Perseroan  Terbatas,  dikarenakan  dalam  persekutuan  perjanjian  hanyalah
              antara  para  pihak  yang  mengikatkan  dirinya  dan  tidak  mempunyai
              pengaruh  ke  luar  kepada  pihak  yang  lain.  Begitu  juga  sebaliknya,  pihak
              ketiga  tidak  mempunyai  kepentingan    bagaimana  diaturnya  kerjasama
              dalam  persekutuan  itu,  karena  para  sekutu  bertanggungjawab  secara
              pribadi atau perseorangan tentang hutang-hutang yang mereka buat.

              Sebagai gambaran jika A , B dan  C mengikatkan diri dalam persekutuan,
              maka tindakan maupun berbagai perjanjian yang dilakukan oleh A ke luar
              adalah  menjadi  tanggung  jawabnya  sendiri.  Maknanya  A  sendirilah  yang
              terikat dengan perjanjian tersebut. Berbeda dengan Firma, dalam hal mana
              jika  salah  satu  peseronya  melakukan  perjanjian  maka  menurut  undang-
              undang  mempunyai  wewenang  untuk  mengikatkan  kawan-kawan  pesero
                                                                          63
   80   81   82   83   84   85   86   87   88   89   90