Page 87 - Nanda Amalia - Hukum Perikatan
P. 87

menyerahkan  sesuat  barang  guna  keperluan  si  penerima  hibah  yang
              menerima penyerahan tersebut. Pengaturan atas hibah didapat pada Pasal
              1666 sampai dengan 1693 KUH Perdata.

              Menelaah  dari  pengertian  tersebut  di  atas,  dapat  diketahui  bahwa
              perjanjian adalah bersifat sepihak, dikarenakan dalam perjanjian ini pihak
              penerima  hibah  tidak  perlu  memberikan  kontraprestasi  sebagai  imbalan
              kepada pihak penghibah. Hibah perlu dibedakan dengan wasiat yang baru
              terjadi  setelah  si  pemberi  meninggal  dunia  dan  tertuang  dalam  bentuk
              testament, ataupun dengan warisan.

              Ketentuan  dalam  pengibahan  juga  mensyaratkan  bahwa  si  penghibah
              adalah tidak boleh memperjanjikan bahwa ia tetap berkuasa untuk menjual
              atau  memberikan  kepada  orang  lain  suatu  barang  yang  termasuk  dalam
              penghibahan.  Jika  hal  ini  terjadi,  maknanya  bukanlah  hibah  namun
              memberikan  hakuntuk  menikmati  hasi  semata.  Dan  dalam  kondisi
              sebagaimana tersebut terjadi, maka hibah adalah batal.

              Hibah  sebagaimana  perjanjian  lainnya  adalah  bersifat  obligatoir,
              penyerahan hak milik baru akan terjadi jika telah terlaksananya ”levering”,
              yang  untuk  barang  tetap  dilakukan  melalui  akta  notaris  sedangkan  untuk
              barang bergerak tidak diperlukan formalitas ini, namun demi kepentingan
              para  pihak  sangatlah  dianjurkan  melalui  akta  notaris,  terutama  jika
              bendanya bernilai tinggi. Penting juga untuk memperhatikan bahwa dalam
              pelaksanaannya  perjanjian  hibah  tetap  harus  memperhatikan  ketentuan
              serta  tidak  bertentangan  dengan  undang-undang,  ketertiban  umum
              maupun kesusilaan.

          8.   Penitipan Barang
              Penitipan  barang  merupakan  suatu  perjanian  riil  yang  baru  akan  terjadi
              apabila seseorang  telah menerima sesuatu barang dari seorang lain dengan
              syarat  bahwa  ia  akan  menyimpannya  dengan  mengembalikanya  dalam
              wujud asal. Dasar hukumnya kita dapati pada Pasal 1694 KUH Perdata.

              Terdapat  dua  macam  penitipan  barang,  yaitu  penitipan  sejati  yaitu  yang
              dibuat  dengan  cuma-cuma  kecuali  jika  diperjanjikan  sebaliknya  dan
              terhadap  barang  bergerak,  dan  yang  kedua  adalah  penitipan  sekestrasi.
              Yaitu  perjanjian  penitipan  barang  dalam  hal  terjadinya  perselisihan.
                                                                          65
   82   83   84   85   86   87   88   89   90   91   92