Page 29 - Cara Menjadi Pengusaha
P. 29
lebih didasarkan logika dan rasional, ternyata tidak selamanya mampu mengatasi Setiap
persoalan binis.
Dan, mengapa harus otak kanan ? Oleh karena, di otak kanan itulah sarat dengan
hal-hal yang sifatnya eksperimental, divergen, bukan penilaian, metaforilal, subyektif,
non verbal, intuitif, diffuse, holistik, dan reseptif. Sementara kita sadar, bahwa otak kiri
cenderung bersikap obyektif , presisi, aktif, logikal , verbal, penilaian, linier, konvergen,
dan numerikal. Padahal, jika kita mampu memberdayakan otak kanan, maka ada
kecendrungan akan mampu menyelesaikan setiap masalah dalam bisnis, bila
dibandingkan kalau kita dengan hanya mengandalkan otak kiri.
Dengan kita mampu memberdayakan otak kanan, maka setiap memecahkan
persoalan dalam bisnis, kita pun akan dapat melihat secara keseluruhan, dan kemudian
memecahkan berdasarkan firasat, dugaan, atau intuisi. Intuisi ini adalah kemampuan
untuk menerima atau menyadari informasi yang tidak dapat diterima oleh kelima indera
kita.
Tampaknya ada yang khawatir dengan intuisi, karena mereka pikir intuisi bisa
menghalangi pemikiran rasional. Sebenarnya intuisi justru berdasarkan pada pemikiran
yang rasional dan tidak dapat berfungsi tanpanya. Saya sependapat dengan Robert
Bernstrin, yang mengatakan, bahwa hanya intuisi yang dapat melindungi kita dari orang-
orang paling berbahaya, orang-orang yang tidak mampu bekerja dan cuma pinter
ngomong.
Lalu? Seorang entrepreneur yang mampu memberdayakan otak kanannya,
biasanya juga cenderung memilih manajemen yang berstruktur luwes dan spontan, serta
pada struktur yang sifatnya sama.
Lain halnya bila dia lebih mengandalkan otak kirinya. Maka ia akan lebih
cenderung pada struktur hirarki dan pada kondisi manajemen yang berstruktur.
Mengandalkan otak kiri juga cenderung membuat penyelesaian masalah dipecahkan satu
per satu berdasarkan logika.
Kenyataan ini pernah kita alami saat studi dulu. Kita lebih banyak diajarkan atau
dilatih oleh guru kita untuk selalu berpikir dengan otak kiri. Misalnya kita selalu dituntut
berpikiran logis, analistik, dan berdasarkan pemikiran edukatif. Padahal hal tersebut ada
kelemahannya. Kita tak dapat menggunakannya, bila data tak tersedia, data tak lengkap,
atau sukar diperoleh data.
Maka, jika kita termasuk kategori otak kiri dan tidak melakukan upaya tertentu
untuk memasukkan beberapa aktivitas otak kanan, maka akan menimbulkan