Page 26 - Cara Menjadi Pengusaha
P. 26
Mengapa saya melukiskan gambaran begitu, terutama bagi seorang entrepreneur
yang setiap harinya selalu menghadapi tantangan di dalam menggeluti bisnisnya? Itu
karena, selama ini kita mungkin belum menyadari atau menghargai secara sebenarnya
makna penting emosi itu sendiri.
Kita lebih menangkap pengertian emosi dari makna konvensional. Sehingga,
emosi dianggap sebagai lambang kelemahan, bahkan tak boleh ada dalam bisnis, harus
dihindari, dan membingungkan. Kita juga cenderung suka menghindari orang yang
emosional, hanya pikiran yang diperhatikan dan suka menggunakan kata-kata tanpa
emosi.
Tidak hanya itu, emosi juga dikatakan mengganggu penilaian yang baik,
mengalihkan perhatian kita, tanda kerentanan, menghalangi atau memperlambat
penalaran, menghalangi mekanisme kontrol, memperlemah sikap-sikap yang sudah baku,
menghambat aliran data objektif, merumitkan perencanaan manajemen, dan mengurangi
otoritas.
Padahal, emosi itu sendiri menurut Cooper adalah sumber energi. Sementara
rekannya, Voltaire berpendapat emosi adalah “bahan bakar”. Sehingga, berbisnis tanpa
disertai dengan emosi, seolah tanpa ada gairah. Saya sendiri juga merasakan hal seperti
itu.
Hal itu juga akan membuat kita tak lagi memiliki keberanian berwirausaha,
apalagi bersaing. Padahal, dunia bisnis penuh persaingan. Mereka yang bisa eksis
usahanya adalah mereka yang menang dalam persaingan. Maka tak ada salahnya, kita
harus pandai-pandai mengerahkan sumber energi ini dalam kehidupan, termasuk di dalam
bisnis kita.
Sebernarnya, telah banyak studi yang mengungkapkan, bahwa emosi penting
sebagai “energi pengaktif” untuk nilai-nilai etika - misalnya kepercayaan, integritas,
empati, keuletan, dan kredibilitas - serta untuk modal sosial. Hal tersebut dapat berupa
kemampuan membangun dan mempertahankan hubungan-hubungan bisnis yang
menguntungkan, serta didasarkan pada saling percaya.
Saya yakin, wirausahawan atau entrepreneur akan lebih minat ke sesuatu yang
punya makna penting daripada makna konvensional. Karena, seorang wirausahawan
adalah seseorang yang memiliki visi bisnis, dan selalu ingin mengubahnya menjadi
realita bisnis.
Dia tahu, bahwa mengubah visi menjadi realita lebih berupa kerja keras dari pada
nasib baik. Begitu juga halnya dengan emosi. Bukan lambang kelemahan, tapi