Page 253 - Final Manuskrip Gedong Kirtya Jilid I
P. 253

Tempat penyimpanan: keropak; asal:
                                     RINGKASAN ISI BABAD                                                                                                                                                                                                                                                                                           salinan dari lontar milik I Gde Soebrata
                                     Babad ini menceritakan tentang susunan letak prajurit yang turun ke Bali,   Wawangsilan. Kemudian babad ini menjelaskan keturunan dari Sirarya                                                                                                                                                                dari Bandjar Sangging Gianjar;
                                     yang berasal dari Majapahit. Sang Hyang Kasuhun Kidul melaksanakan   Beleteng dari Desa Punduk. Sirarya Beleteng memiliki putra yang bertempat                                                                                                                                                                keadaan: baik; ukuran: 50,7 cm x 3,8
                                     yoga, sehingga terciptalah empat manusia, yaitu: Brahmana lahir dari Wang,   tinggal di Desa Bungaya, di Desa Tulikup, di Desa Kapal, Desa Tambahan,                                                                                                                                                          cm; ruang tulisan: 43,4 cm x 3,6 cm;
                                     Ksatriya lahir dari Ong, Waisya lahir dari Ang, dan Sudra lahir dari Mang.   Desa Kaba-Kaba, Desa Kalianget dan Desa Sidemen. Penyebarannya ini                                                                                                                                                               tebal: 138 lembar; jumlah halaman: 266
                                     Keempatnya adalah putra dari Sang Hyang Kasuhun Kidul. Selanjutnya   bertujuan untuk memperluas keturunannya. Putra dari Sirarya Kapandeyan                                                                                                                                                                   halaman; jumlah baris per halaman:
                                     Sang Ksatriya menjadi raja penguasa dunia. Sang Brahmana menjadi   bernama Lurah Kapandeyan. Suatu ketika Ida Sang Prabu bersama I                                                                                                                                                                            4 baris; aksara: Bali; cara penulisan:
                                     penerang bagi masyarakat. Sang Waisya menjadi patih amangku bhumi di   Anglurah Kapandeyan melakukan tapa. I Anglurah Kapandeyan memiliki                                                                                                   38.                                                               digurat dari kiri ke kanan; bahan: daun
                                     Kerajaan Majapahit. Sang Sudra menjadi rakyat dari raja. Para Arya yang   kemampuan untuk membuat senjata-senjata seperti keris dan tombak. Anak                                                                                                                                                              lontar; bahasa: Kawi; bentuk teks:
                                     berada di Wilatikta adalah Arya Kenceng, Arya Beleteng, Arya Senteng,   dari Arya Kapandeyan bertempat di Tusan yaitu sebanyak dua orang laki-                                                                                                                                                                prosa; subjek: babad; umur: 86 tahun.
                                     Sirarya Binculuk, Arya Kapakisan, Sirarya Kuta Waringin, Arya Belog dan   laki yang selanjtnya meneruskan keahlian leluhurnya membuat berbagai                                                                     BABAD PASEK VA/6/963                                                                       Keterangan lain: pada lembar 1 recto di
                                     Sirarya Watang. Kemudian Sirarya Kenceng diangkat menjadi patih oleh   senjata. Kemudian Sang Raja bersabda dengan Sang Pande Aji Sakti. Sang                                                                                                                                                                 ujung kiri terdapat penanggalan Masehi
                                     Sang Prabu beserta sanak keluarganya.                             Pande hendaknya melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai seorang                                                                                                                                                                         [3-2-1933]. Di sisi kanan terdapat
                                                                                                       pande di dalam membuat alat ataupun senjata. Terdapat mantra-mantra
                                     Mpu Brahmawisesa bersaudara dengan Mpu Siwa Saguna datang ke                                                                                                                                                                                                                                                  tulisan dengan huruf Latin yang ditulis
                                     daerah Bangsul (Bali). Adik dari Sang Prabu Wilatikta bernama Mpu   pemujaan, seperti mantra caru, mantra penyucian bwana alit dan mantra                                                                                                                                                                     dengan pensil “Babad Pasek toeroenan
                                     Gandring. Sesampainya di Bangsul, Mpu Siwa Saguna menuju Desa     memohon maaf. Diceritakan bahwa penjelmaan dari Brahma menjadi Mpu                                                                                                                                                                          dari lontarnja I Gde Soebrata dari Br.
                                     Tusan, selama tujuh tahun di wilayah Gelgel beliau tidak mempunyai putra   Pradah dan Mpu Pradah menjadi Pande. Alat-alat yang akan dipergunakan                                                                                                                                                              Sangging [Gianjar] ditoeroen oleh I
                                     karena diganggu oleh mahluk halus yang bernama Bhuta Wawangsilan.   untuk bekerja yaitu palu, kikir, jepit dan sebagainya harus diberi mantra.                                                                                                                                                                Gde Soebrata terseboet”.
                                     Putra dari Sirarya Kenceng turut menjadi korban akibat kekejaman Bhuta
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                   Pengarang/penyalin: I Gde Soebrata





















                 242                 KHAZANAH MANUSKRIP SEJARAH KOLEKSI GEDONG KIRTYA                                                                                                                                                                                                                      KHAZANAH MANUSKRIP SEJARAH KOLEKSI GEDONG KIRTYA         243
   248   249   250   251   252   253   254   255   256   257   258