Page 104 - Menabung_Ebook
P. 104
Selain ketujuh ketentuan itu, juga diberikan ketentuan wajib mengenai
jenis tanaman yang diizinkan oleh pemeritah kolonial. Jenis tanaman wajib
yang diperintahkan untuk ditanam ialah kopi, tebu, dan indigo (bahan
pewarna). Adapun tanaman lain yang boleh ikut ditanam dalam skala kecil,
antara lain, adalah tembakau, lada, teh, dan kayu manis. Jenis tanaman itulah
yang ditanam pada seperlima bagian milik tanah penduduk.
Konsep Sistem Tanam Paksa mulai dilaksanakan ketika Johannes van den
Bosch menjabat sebagai gubernur jenderal. Dalam pelaksanaan syistem yang
telah dilengkapi beberapa ketentuan seringkali dilanggar sehingga rakyat
kembali menjadi korban eksploitasi seperti yang dialami pada masa VOC.
Seringkali laporan ke atasan berbeda dengan kenyataan di lapangan. Sistem
ini telah mengeksploitasi habis-habisan tenaga rakyat dan hasil pertanian
dan perkebunan di atas tanahnya. Sistem Tanam Paksa yang digagas oleh Van
den Baosh telah dilaksanakan secara semena-mena, kejam, dan cenderung
brutal. Rakyat bumiputra tetap dalam kemiskinan dan bahkan tidak sedikit
yang meninggal karena dipaksa kerja, sementara pemerintah Hindia Belanda
memetik keuntungan yang sangat besar sehingga berhasil memulihkan krisis
ekonomi yang dialaminya.
Menabung Masa Prakemerdekaan sebutan “kerja rodi” bagi penduduk. Mereka dipaksa bekerja tanpa diberi
Dampak lain yang patut dicatat sebagai buntut dari penerapan sistem
tanam paksa ini adalah timbulnya kerja paksa atau lebih dikenal dengan
upah yang layak, menyebabkan bertambahnya kesengsaraan bagi pekerja.
Mereka dipaksa membangun jalan-jalan raya, jembatan, waduk, rumah-
rumah pesanggrahan untuk pegawai pemerintah kolonial, dan benteng-
benteng untuk tentara kolonial. Di samping itu, penduduk desa setempat
diwajibkan memelihara dan mengurus gedung-gedung pemerintah,
mengangkut surat-surat, barang-barang, dan sebagainya. Dengan demikian,
penduduk dikerahkan untuk melakukan berbagai macam pekerjaan untuk
kepentingan pribadi pegawai-pegawai kolonial dan kepala-kepala desa itu
sendiri.
Terhadap perubahan sosial dan ekonomi di Pulau Jawa, sebagai daerah
utama pelaksanaan sistem Tanam Paksa, telah dilakukan kajian antropologis
94
oleh Clifford Geertz. Hasil kajian itu kemudian ditulis dalam buku yang berjudul
Agricultural Involution: The Process of Ecological Change in Indonesia (1963).
Menurut Geertz yang dikutip oleh Zulkarnain dalam Jurnal INFORMASI, No.
1, XXXVII, Th. 2011, eksploitasi kolonial melalui sistem Tanam Paksa di Jawa
telah melahirkan apa yang disebutnya sebagai “involusi pertanian”, tetapi
pada gilirannya justru mendatangkan kesengsaraan dan kemiskinan petani
di tanah Jawa. Sistem budi daya tanaman ekspor dari kebijakan pemerintah
kolonial itu telah membawa dampak perubahan sosial dan ekonomi yang
sangat mencolok.