Page 127 - Perdana Menteri RI Final
P. 127
pelajar Indonesia di sini supaya hidup sengsara MEMIMPIN PERGERAKAN DI INDONESIA bahwa sikap nonkooperatifnya menimbulkan di mata anggota Bung Hatta yang menjadi
dan menderita, bertentangan dengan hukum masalah untuknya. Ia merasakan bahwa ketika “semangat pembimbing” partai baru itu. 104
PNI BARU DAN PENDIDIKAN POLITIK
dan berdosa”. 97 ia berkeliling di Singapura, polisi rahasia
Dalam karangannya di Daulat Ra’ jat no. 36,
Akibat aktivitas politiknya di negeri Belanda, membuntuti dirinya. Sesampainya di Tanjung
Dalam menutup pledoinya, Hatta percaya tanggal 10 September 1932 berjudul “Pendirian
studi Hatta di Rotterdam terpaksa mundur Priok, polisi memeriksa barang bawaannya,
bahwa “Sinar merah masa datang sudah mulai terutama 16 peti besi berisi buku-buku koleksinya Kita”, Hatta menuliskan sebabnya masuk
hingga sebelas tahun dari waktu normal
menyingsing sekarang. Kami menghormati selama di Belanda. Karena buku-buku yang ke PNI baru dan menjelaskan dasar dari
yang biasanya selesai lima tahun. Dalam
itu sebagai datangnya hari baru”. Para pemuda dibawa Hatta begitu banyak, polisi pelabuhan organisasi tersebut. Menurut Hatta, PNI baru
proses penyelesaian doktornya, Hatta masih
Indonesia memiliki tugas untuk mengemudikan memikirkan situasi politik di tanah air, terutama membutuhkan waktu tiga hari untuk memeriksa belumlah sebuah partai, tapi sebuah organisasi
bagi kaum daulat rakyat: “Pendidikan! Bukan
ke jurusan yang benar agar dapat mempercepat bagaimana nasib pergerakan nasional pasca barang bawaannya. Semua bukunya bisa lolos
atau belum lagi partai, bukan karena khilaf
datangnya hari baru itu. Ia menambahkan penggembosan yang dilakukan oleh pemerintah kecuali koleksi majalah Indonesia Merdeka
atau curiga diambil nama “pendidikan”,
“mudah-mudahan rakyat Indonesia merasa kolonial terhadap Partai Nasional Indonesia yang disita oleh mereka. Untungnya, majalah
105
merdeka di bawah langitnya dan mudah- (PNI) dan para penggeraknya. Membaca itu sudah diselundupkan sebelumnya kepada melainkan dengan sengaja”. Beberapa pihak
mudahan mereka menjadi tuan sendiri di situasi politik pergerakan di tanah air yang kenalan Hatta tukang minyak yang bekerja di menertawakan perkumpulan tersebut, sebagai
dalam negara yang dikaruniakan Tuhan kepada muram, Hatta meminta Sjahrir, mahasiswa kapal Rotterdamse Llyod sehingga dapat masuk “sekolah-sekolahan”. Meskipun begitu, Hatta
98
mereka”. Ia menutup pidato pembelaannya hukum di Universitas Amsterdam, untuk dengan selamat di Jakarta. 102 mengatakan bahwa memang orang-orang di
dalam PNI baru ingin “bersekolah” dahulu,
tersebut dengan mengutip kata-kata seorang pulang mendirikan sebuah organisasi Golongan
Di Jakarta, Hatta beruntung memiliki famili yang bersekolah untuk membentuk budi dan pekerja,
penyair Perancis, René de Clerq: “Daar is maar Merdeka yang kemudian diberi nama Pendidikan
kaya dan mendukung aktivitas pergerakannya. bersekolah untuk memperkuat iman, bersekolah
Nasional Indonesia atau PNI baru. Hatta
een land, dat mijn land kan zijn, het groeit naar
Ia tinggal dengan kakak iparnya dan buku- untuk memperkuat pengetahuan. Sifat dari
mempercayai Sjahrir sebab anak muda cerdas
de daad, en die daad is mijn” (Hanya satu tanah
bukunya ditempatkan di rumah pamannya yang organisasi baru ini memang pendidikan, karena
itu memiliki pemikiran yang sama dengannya.
yang dapat disebut Tanah Airku, ia berkembang
juga menjadi ruangan kerjanya. Hatta mulanya
Ditambah, Sjahrir adalah seorang pemimpin memang tujuan dari didirikan organisasi ini
dengan usaha, dan usaha itu adalah usahaku). 99 diminta menjadi sekretaris direksi oleh Etek 106
muda yang memiliki pengikut di Bandung saat adalah mendidik diri kita. Politik, bagi Hatta,
Ayub, Etek Djohan, dan Etek Djohor untuk adalah terutama mengenai pendidikan, sebab
Pembelaan para advokat dan para anggota PI menjabat sebagai ketua Pemuda Indonesia dan
mengurus bisnisnya, tetapi ia menolak karena kalau rakyat tidak memiliki pemahaman, politik
akhirnya berhasil. Pengadilan memutuskan ia punya pengalaman di serikat buruh Belanda
waktunya akan dihabiskan sepenuhnya dalam dalam pengertian biasa tidak dapat dijalankan.
bahwa Hatta dan kawan-kawannya dinyatakan ketika bekerja paruh waktu di bawah Edo
pergerakan kemerdekaan. Hatta segera aktif
Fimmen, di sekretariat Serikat Buruh Angkutan Oleh sebab itu, pendidikan yang jelas dengan
tidak bersalah dari semua tuduhan. Keputusan
dalam mencurahkan waktunya di politik dengan
101
Internasional. Hatta dan Sjahrir melihat kurikulum yang sistematis dan bahan-bahan
ini diterima dengan meriah oleh berbagai
membagi waktunya tiap minggu, empat hari di
urgensi pembuatan organisasi baru yang dapat yang jelas diperlukan untuk memberikan didikan
kalangan di Belanda, terutama oleh SDAP, Jakarta dan tiga hari di Bandung karena Bandung
melanjutkan masa depan pergerakan nasional. yang sempurna.
yang merupakan partai politik kedua terbesar adalah markas utama dari PNI baru. Di
103
Selain itu, organisasi baru ini dalam bayangan
di Belanda waktu itu. Beberapa orang anggota Jakarta, Hatta membagi waktu antara membaca, Dasar dari pendidikan PNI baru adalah
keduanya memiliki konsep, tujuan, dan model
PI sering diminta berpidato dalam rapat- mempersiapkan tulisan, bertemu dengan rekan- kedaulatan rakyat. Pesan-pesan mengenai
pengorganisasian politik yang berbeda dari PNI.
rapat umum, Hatta sendiri diminta berbicara rekannya di PNI baru, dan mampir ke kantor kedaulatan rakyat itu berusaha disampaikan
di Amsterdam. Pledoi Hatta yang panjang Hatta kembali ke Indonesia tanggal 20 Juli 1932 administrasi dan redaksi Daulat Ra’ jat, majalah melalui jurnal mereka Daulat Ra’ jat semenjak
itu akhirnya diterbitkan menjadi buku dan dari Rotterdam, melewati Paris dan Genoa. dari PNI baru. Meskipun pada awalnya, Sjahrir ia berdiri. Kedaulatan rakyat menjadi inti tujuan
menjadi bacaan standar bagi kelompok pemuda Dari Genoa, ia menumpang kapal Jerman ke yang terpilih memimpin PNI baru, menurut dari PNI baru karena nasib rakyat sampai saat
100
pergerakan dan kelompok studi di Indonesia. Singapura. Di Singapura, Hatta merasakan Burhanuddin, salah seorang pengurus partai, itu belum ditentukan oleh diri mereka sendiri,
114 PERDANA MENTERI REPUBLIK INDONESIA 1945 - 1959 PERDANA MENTERI REPUBLIK INDONESIA 1945 - 1959 115

