Page 129 - Perdana Menteri RI Final
P. 129
baik secara sosial-politik maupun ekonomi. pokok ujian adalah (1) sejarah umum Indonesia, dalam kursus-kursus sebelumnya kepada kader- adalah pecatan (royer) dari organisasi mereka
Oleh sebab itu, melalui pendidikan diharapkan terutama mengetahui perbedaan antara politik kader PNI baru. Menurut Hatta dalam brosur sebelumnya sehingga partai Hatta sebaiknya
rakyat mengetahui situasi dan kondisi yang kooperasi dan nonkooperasi (2) imperialisme tersebut, ada tiga alternatif yang dapat dipilih dinamakan PRI (Partai Royeran Indonesia).
mereka hadapi dan mengapa mereka harus dan pertumbuhannya (3) kapitalisme dan Indonesia untuk sistem pemerintahannya di Namun, editorial Daulat Ra’ jat menyanggahnya
berjuang menegakkan kedaulatan mereka. perkembangannya (4) kolonialisme (5) masa depan: pemerintahan oleh aristokrasi, dengan menyatakan bahwa PNI baru tidak
111
Menurut Hatta, “kemerdekaan Indonesia kedaulatan rakyat. pemerintahan oleh kaum terdidik, dan pernah meremehkan partai-partai Islam di
112
tidak dapat dicapai oleh pemimpin-pemimpin pemerintahan oleh rakyat. Ia berpendapat Minangkabau, seperti Permi dan PSII, tetapi
Dalam daftar bacaan yang diberikan oleh
saja, melainkan oleh usaha dan keyakinan bahwa kaum aristokrat jelas mendukung PNI baru berhak memiliki pandangannya
PNI baru, meskipun Hatta dan Sukarno
rakyat yang banyak. Nasib rakyat Indonesia Belanda dan ingin mempertahankan status quo
sendiri mengenai gerakan yang dijalankan.
107
tergenggam di dalam tangan rakyat sendiri”. berbeda orientasi dan pengorganisasian dalam mereka sebagai penguasa. Sementara itu, kaum
PNI baru tidak menjelek-jelekkan dasar PSII,
membangun pergerakan politik, namun Hatta
Mendidik rakyat agar dalam diri mereka timbul terpelajar merasa bahwa mereka memiliki hak
yaitu Islam, dan dasar Permi, yaitu Islam dan
mendorong para kader membaca tulisan
semangat merdeka adalah pekerjaan PNI baru untuk memerintah Indonesia merdeka karena
nasionalisme. PNI baru memiliki keyakinan
yang utama. Namun, pekerjaan itu tidak mudah Sukarno Indonesia Menggugat. Sebabnya adalah kapasitas dan keahlian mereka. PNI baru
terhadap prinsipnya sendiri, yaitu nasionalisme
dan lekas tercapai. tulisan tersebut memang mendeskripsikan mendorong pemerintahan ke arah pemerintahan
dan kedaulatan rakyat.
mengenai situasi penjajahan yang dialami oleh kedaulatan rakyat. Menurutnya, pemerintahan
Demokrasi dan agitasi, menurut Hatta, adalah Indonesia dan cita-cita kemerdekaan Indonesia. ini dapat dicapai dengan menggabungkan Perbedaan pandangan antara PNI baru dan
mudah karena tidak bekerja dan usaha terus Hatta menyadari bahwa teks itu adalah teks demokrasi politik dan demokrasi ekonomi. PNI lama, yang kemudian banyak anggotanya
menerus. Agitasi mampu membangkitkan yang penting yang lahir dari pembelaan seorang Indonesia harus mendahulukan semangat kerja hijrah bergabung ke Partindo setelah PNI
semangat orang banyak, namun ia alpa dalam tokoh pergerakan nasional utama Indonesia sama rakyat untuk memajukan kesejahteraan dibubarkan, merupakan warna dari pergerakan
membentuk pikiran orang banyak. Agitasi baik mengenai dasar Indonesia untuk merdeka.
rakyat. Tak lama kemudian setelah terbit
kemerdekaan di awal tahun 1930-an. Meskipun
sebagai pembuka jalan, namun menurut Hatta Oleh sebab itu, Hatta mendorong teks tersebut
brosus Hatta tersebut, Sukarno tak mau kalah
Hatta dan Sukarno dikenal sebagai dwitunggal,
“didikan membimbing rakyat ke organisasi! Sebab
menjadi bacaan wajib bagi kader-kader baru menerbitkan makalah “Mencapai Indonesia namun hubungan mereka diwarnai oleh
108
itu usaha kita sekarang: pendidikan!”. Hatta
organisasi PNI baru. Merdeka”.
persahabatan dan perdebatan. Perbedaan
turun langsung berkeliling ke berbagai wilayah
pandangan kedua tokoh tersebut dalam
di Indonesia untuk memberikan kursus kepada Di bulan Oktober 1932, Hatta mengunjungi Kedatangan Hatta di Minangkabau dalam
membangun gerakan, misalnya, mempengaruhi
kader-kader PNI baru. Kader-kader yang dididik kampung halamannya di Sumatera Barat. mempopulerkan PNI baru tidak seluruhnya
dalam kursus-kursus ini diharapkan agar dapat Tujuan Hatta pulang kampung adalah selain berjalan lancar. Selain memang aktivitas cara organisasi mereka bekerja dan bagaimana
menjadi penghubung antara pemimpin pusat menemui keluarga, ia akan mengunjungi politiknya dimata-matai oleh pemerintah, membangun pergerakan. Ditambah lagi,
dan rakyat. Untuk membentuk kader-kader beberapa cabang PNI baru di Sumatera Barat, organisasi barunya dikritik oleh pihak di awal tahun 1930-an, keduanya berdebat
109
yang memiliki basis pengetahuan yang cukup yaitu di Bukittinggi, Padang Panjang, dan Persatuan Muslimin Indonesia (Permi) dan dengan hebat mengenai konsepsi partai kader
maka para pendidik wajib membaca beberapa Padang, serta mempersiapkan cabang baru di PSII yang memiliki hubungan erat dengan atau partai massa juga mengenai nonkooperasi
bacaan pokok, yakni Daulat Ra’ jat, Moh. Hatta Maninjau. Dalam tiap kunjungan ke cabang- PNI Sukarno dan Partindo (Partai Indonesia). dalam pergerakan nasional. Meskipun Hatta
Indonesia Vrij dan Tujuan dan Politik Pergerakan cabang PNI baru ini, Hatta selalu memberikan Permi, misalnya, mengkritik dalam harian mengaggumi ketokohan Sukarno dan Sukarno
Nasional di Indonesia, serta Sukarno Indonesia sedikit pandangan mengenai organisasinya. Tjaja Sumatera bahwa PNI baru adalah partai mengakui kecerdasan Hatta, kedua tokoh itu
110
Menggugat. Selain itu, para kader harus Yang tidak kalah pentingnya adalah dalam kecil yang tiap cabangnya hanya memiliki tidak segan saling bertukar kritik dan pendapat
113
melalui serangkaian ujian yang diselenggarakan mudiknya ini ia mempersiapkan brosur “Ke delapan anggota. Selain itu, para pendiri dalam membangun politik pergerakan. Inilah
oleh organisasi untuk membentuk pemahaman Arah Indonesia Merdeka”, yang pokok-pokok dan penggerak organisasi tersebut, seperti yang membuat pergerakan politik Indonesia
yang cukup mengenai kedaulatan rakyat. Pokok- gagasannya sebetulnya sudah Hatta sampaikan Hatta, Darwis Thaib, dan Datuk Medan Labih menjadi dinamis.
116 PERDANA MENTERI REPUBLIK INDONESIA 1945 - 1959 PERDANA MENTERI REPUBLIK INDONESIA 1945 - 1959 117

