Page 132 - Perdana Menteri RI Final
P. 132

Ketika Hatta kembali dari masa studinya yang   lebih rapat bersama dilakukan antara kedua                              tidak terjadi. Kedua partai dan kedua tokoh itu   kooperasi  dengan  pemerintah    kolonial
                           panjang di Belanda, salah satu tokoh yang      organisasi ini dan mendatangkan para pengikut                           saling kritik mengkritik. Terutama mengenai    dalam  sebuah  parlemen  palsu  yang  dibentuk

                           ditemuinya sebulan sejak kepulangannya adalah   PNI baru dan Partindo. Namun, pendirian                                masalah usul pencalonan Hatta di tweede kamer.   untuk menipu rakyat. Tweede kamer tidak
                           Sukarno di Bandung. Ia belum pernah bertemu    kedua  belah  pihak  tidak  pernah  bertemu.                            Kantor  berita  Hindia Belanda,  Aneta, secara   bertentangan dengan dasar nonkooperasi karena
                           langsung dengan Sukarno, hanya mengenal        Sukarno    akhirnya  memutuskan     memilih                             keliru  menginformasikan bahwa Hatta telah     ia adalah sebuah parlemen sah yang dipilih oleh
                                                                                                                                                                                                                           131
                           kemasyhuran namanya melalui surat kabar dan    Partindo yang mengembangkan cara-cara yang                              menerima tawaran untuk duduk di parlemen       rakyat, bukan dewan jajahan.  Dalam parlemen
                           korespondensi dengan kawan-kawannya di tanah   sama dengan PNI: mengadakan  vergadering                                Belanda mewakili Onafhankelijke Socialistisch   tersebut, pemerintah dan oposisi sama derajatnya
                                                                                                             126
                           air. Hatta diajak bertemu Sukarno di Bandung   besar dan diisi oleh orasi berapi-api.  Inilah                          Partij (OSP). Sukarno dan Partindo kemudian    dan oposisi bisa mengkritik dan menentang
                           oleh Haji Usman, saudara jauh dari Mak Eteb    titik tolak perbedaan antara Sukarno dan Hatta                          membahas masalah ini dengan menyerang          imperialisme penguasa. Sedangkan, di tanah
                           Ayub yang merupakan saudagar muda di toko      di mana Hatta lebih mendorong pendidikan                                Hatta dan PNI baru telah mengubur dalam-       jajahan, parlemen buatan itu tidak dapat mengusik
                           Padang  di  Kramat, yang  tahu  bahwa  kedua   kader daripada penggalangan massa dan                                   dalam prinsip nonkooperasi yang selama ini     kedudukan dari pemerintah. Oleh sebab itu,

                           tokoh muda ini belum pernah bertatap muka.     mengutamakan     kader   terdidik   daripada                            dipengangnya. Disebutkan dalam sebuah artikel   maka masuk ke tweede kamer sebetulnya tidak
                           Hatta tiba di Bandung tanggal 25 September     menggantungkan nasib kepada pemimpin. Kritik                            di  Persatuan Indonesia  berjudul “Topengnya   melanggar prinsip dari nonkooperasi.
                           1932. Awalnya Hatta datang ke kediaman         dari Hatta dan Sjahrir mengenai machtsvorming                           Drs. Moh. Hatta Terbuka! Pemimpin PNI
                           Sukarno di Astana Anyar, namun Sukarno         (penggalangan  kekuatan)  massa  adalah  bahwa                          Mau Djadi Lid Tweede Kamer! Awas Ra’yat        DITANGKAP PEMERINTAH KOLONIAL
                           sedang tidak ada. Sukarno kemudian menemui     kekuatan massa yang sebenarnya tidak akan                               Indonesia!”  bahwa  pendiri  PNI  baru  sudah
                                                                                                                                                                                                 Depresi ekonomi dan semakin ekspresifnya politik
                           Hatta di penginapan Hatta di hotel di Jalan    terwujud, sedangkan pemimpinnya rentan                                  diminta menjadi anggota Tweede Kamer, badan
                                                                                                                                                                                                 pergerakan Indonesia membuat pemerintah
                                                                                          127
                           Pos Timur pada malam hari. Sukarno datang      untuk ditangkap.  Apabila para pemimpinnya                              perwakilan bangsa imperialis Belanda dan
                                                                                                                                                                                                 kolonial semakin intens dalam mengawasi
                           bersama Maskoen, kawan lamanya di PNI yang     ditangkap, maka massa yang hanya sekedar                                koran ini memberitakan bahwa Hatta telah
                                                                                                                                                                                                 situasi politik nasional. Gerak-gerik para
                                                                                                                                                                       130
                           berpindah ke PNI baru. Sambil minum kopi dan   dibangkitkan semangatnya akan mati seketika                             menerima usulan itu.  Padahal sebetulnya
                                                                                                                                                                                                 pemimpin partai atau organisasi diawasi secara
                           teh, kedua tokoh ini bertukar cerita. Sukarno   ketika kehilangan pemimpin. Alasannya adalah                           Hatta sama sekali belum menjawab undangan
                                                                                                                                                                                                 ketat oleh polisi kolonial atau intelijen Belanda.
                           menceritakan  pengalamannya  di  Sukamiskin    para anggota tidak memiliki pemahaman                                   tersebut. Namun, polemik mengenai relasi antara   Hatta sendiri merasakan bahwa lawatannya
                           kepada Hatta. Namun, tidak ada pembicaraan     mengenai dasar dan cita-cita perjuangan dan                             nonkooperasi  dan  duduk  di  parlemen Belanda   di Minangkabau diawasi gerak-geriknya oleh
                           mengenai persatuan antara Partindo dan PNI     juga tidak didik untuk menjadi propagandis,                             menjadi panjang antara PNI baru dan Partindo.
                                                                                                                                                                                                 polisi  kolonial.  Pemerintah  kolonial  semakin
                           baru.                                          menjelaskan sendiri kepada orang sekitarnya                                                                            keras terhadap politik pergerakan, terutama bila
                                                                                                                                                  Partindo menuduh bahwa apabila bergabung
                                                                                                        128
                                                                          mengenai partai yang dibelanya.  Sebaliknya,                                                                           partai atau pemimpinnya menggunakan kata-
                           Sebetulnya usaha untuk mempersatukan PNI                                                                               dengan  parlemen Belanda  tersebut, Hatta
                                                                          Sukarno mengatakan bahwa pembentukan                                                                                   kata yang dianggap berbahaya oleh mereka. Pada
                           baru dan Partindo telah diusahakan Sukarno                                                                             telah melanggar nonkooperasi. Sebabnya, ia
                                                                          kader-kader yang ketat bermasalah. Kemauan                                                                             bulan Januari 1933, pengurus cabang PNI baru
                           melalui Maskoen. Maskoen adalah orang yang                                                                             mau untuk duduk bersama-sama di dalam
                                                                          yang datang dari visi harus segera dibangkitkan                                                                        Surabaya ditangkap oleh pemerintah kolonial
                           pernah tinggal bersama Sukarno dan istrinya                                                                            sebuah badan imperialis Belanda. Hatta lalu
                                                                                                129
                                                                          di tengah-tengah rakyat.  Lagipula, penekanan                                                                          karena mengeluarkan edaran yang memuat
                           Inggit di Bandung dan sangat mengenal tokoh                                                                            membalas tuduhan tersebut. Ia mengatakan
                                                                          terhadap  pendidikan  kader  hanya  mendorong                                                                          kata-kata:  “Rakyat  Indonesia  harus  memiliki
                           PNI tersebut. Ia termasuk tokoh awal PNI yang                                                                          bahwa ia tidak hanya menolak usulan dari
                                                                          partai menjadi elitis.                                                                                                 semangat revolusioner – dari perbudakan menuju
                           langsung dimentori oleh Sukarno. Mengetahui                                                                            OSP, bahkan ia menulis secara analitis bahwa
                                                                                                                                                                                                              132
                                                                                                                                                                                                 kemerdekaan”.
                           setelah keluar dari penjara Sukamiskin Maskoen   Akhirnya Sukarno dan Hatta jalan sendiri-sendiri,                     duduk di parlemen Belanda tidak bertentangan
                           masuk ke PNI baru, Sukarno menyuruhnya         masing-masing  kukuh  dengan  pendiriannya.                             dengan   nonkooperasi.  Alasannya    adalah    Sepulangnya dari kunjungan ke Jepang, Hatta
                           untuk menyelenggarakan rapat-rapat umum        Hatta mengatakan bahwa lebih baik meskipun                              Hatta mengungkapkan bahwa ia tidak pernah      merasakan    bahwa   perlakuan   pemerintah
                           bersama antara PNI baru dan Partindo untuk     kedua partai berbeda pandangan namun jangan                             mengajarkan bahwa nonkooperasi adalah anti-    kolonial Belanda terhadap pergerakan rakyat
                                                  125
                           mengupayakan persatuan.  Dua bulan kurang      saling menyerang. Pada kenyataannya hal itu                             parlementer. Nonkooperasi tidak menghendaki    semakin represif. Ketua PNI baru cabang




                           120   PERDANA MENTERI REPUBLIK INDONESIA 1945 - 1959                                                                                                                  PERDANA MENTERI REPUBLIK INDONESIA 1945 - 1959  121
   127   128   129   130   131   132   133   134   135   136   137