Page 134 - Perdana Menteri RI Final
P. 134

Makassar ditangkap tanpa alasan yang jelas.    penangkapan meluas kepada tokoh-tokoh dari                              Perasaan saya biasa, tidak berubah. Di         berjanji akan menarik diri dari pergerakan dan
                           PNI  baru yang telah  bertumbuh  dengan  pesat   partai yang berhaluan nonkooperasi. Di mulai                          mana saja saya bisa hidup asalkan ada          bersedia untuk bekerja sama dengan pemerintah
                                                                                                                                                                                                         141
                           di  Indonesia,  memiliki  lebih  dari  60  cabang,   dengan penangkapan para tokoh PSII dan                                        139                                Belanda.  Hatta menyanyangkan sikap yang
                                                                                                                                                  buku-buku”.
                           merupakan target dari Politieke Inlichtingen   Permi  di  Minangkabau,  dan  kemudian  PNI                                                                            dipilih Sukarno. Ia mengatakan “tertutuplah
                           Dienst (PID), dinas intelijen polisi. Di bulan   baru. Hatta ditangkap bersama dengan Bondan                           Pada bulan September 1934 Hatta diminta datang   buku  seorang   pemimpin    yang   banyak
                           Juni sampai Agustus 1933, Hatta mengadakan     dan Sjahrir. Hatta dan Bondan dimasukkan ke                             ke kantor pemerintah urusan dalam negeri.      menggoncangkan udara politik Indonesia, yang
                           lawatan  ke  Jawa  Tengah  untuk  memberikan   penjara Glodok, sementara Sjahrir ditempatkan                           Ia  menduga  bahwa  ia  akan  dibuang  ke  Boven   selama ini dipuji-puji sebagai pahlawan bangsa
                                                                                             135
                                                                                                                                                                                                                      142
                           kursus  politik kepada PNI  baru. Ia  memulai   di  penjara  Cipinang.   Sebetulnya  Hatta  telah                      Digul, tempat pengasingan tahanan politik yang   dan  “bapa”  Indonesia”.   Ada  yang  menduga
                           tur tersebut dari Bandung di mana di tempat    menduga  bahwa  akan  terjadi  kemungkinan                              dianggap paling berbahaya bagi pemerintah      bahwa Sukarno tidak siap dengan bayangan
                           berlangsungnya acara para intelijen PID        penangkapan terhadap dirinya. Ia menekankan                             kolonial. Pemerintah kolonial menganggap Hatta   Digul yang suram karena bukan saja ia akan
                           mengawasi pertemuan. Namun, pidatonya          bahwa seorang pemimpin harus mampu                                      adalah orang yang sangat berbahaya. Riwayat    menghadapi banyak kesulitan dan berbagai
                                                                                                                   136
                           tidak diintervensi oleh orang-orang PID. Justru   menderita dalam melawan kolonialisme.                                politik radikalnya bersama PI dan Liga Anti    macam penyakit, melainkan ia juga akan terpisah
                           ketika  ia  berpidato  di  Yogyakarta  pidatonya   Menurutnya, pengorbanan pribadi seorang                             Imperialisme serta dukungan dari OSP dan juga   dengan orang yang dicintai dan pengikutnya.
                           distop ketika membicarakan mengenai tahapan    pemimpin akan membuka jalan bagi aksi                                   cara Hatta mengorganisasikan PNI baru dengan   Menurut Noer, berdasarkan kalangan yang dekat
                                                                                137
                           perkembangan kapitalisme dari kapitalisme      massa.                                                                  mendidik kesadaran rakyat dianggap sangat      Sukarno, berpisah dengan rakyat dirasakan oleh
                                                                    133
                           muda sampai tingkat kapitalisme penghabisan.                                                                           membahayakan eksistensi pemerintah kolonial    pemimpin ini “bagai halilintar membelah bumi”
                                                                          Tampaknya keyakinan Hatta untuk menekankan
                           Wedana PID yang hadir menginterupsi mimbar                                                                             di Indonesia.  Akhirnya pemerintah kolonial    sebab ia terbiasa dengan sambutan sorak sorai
                                                                                                                                                              140
                                                                          pada pentingnya kaderisasi membuktikan bahwa
                           dengan menanyakan apa itu kapitalisme?                                                                                 memutuskan bahwa para pemimpin PNI baru,       massa rakyat yang terkagum-kagum dengan
                                                                          jalan yang ditempuhnya memang tidak keliru.
                                                                                                                                                                                                                        143
                           Pidato yang sempat terhenti dilanjutkan namun                                                                          seperti Hatta, Sjahrir, Maskoen, Burhanuddin,   orasinya yang berapi-api.  Sebagian pendapat
                                                                          Ia mengatakan bahwa “kalau gerakan hanya
                           wedana PID tadi terus memukul meja dan                                                                                 Moerwoto, dan Suka, dibuang ke Boven Digul.    menyatakan  bahwa  sikap  Sukarno  dipengaruhi
                                                                          menjadi gerakan pemimpin dan anggota biasa
                           melarang pidato Hatta diteruskan. Besoknya,                                                                                                                           oleh ketidaktegaannya terhadap nasib istrinya.
                                                                          tidak ikut menanggung beban maka gerakan
                           ketika Hatta melanjutkan safari politiknya ke                                                                          PENGASINGAN: BERUMAH DI BUKU DAN               Namun, Hatta menegaskan bahwa bukan
                                                                                                           138
                                                                          itu tidak dapat mencapai tujuannya”.  Terbukti
                           Solo, hal yang sama ditemui. Wedana PID                                                                                TERUS MENULIS                                  istrinya yang bersalah melainkan memang
                                                                          setelah para pimpinan pusat PNI baru ditahan
                           melarang Hatta untuk mengadakan ceramah                                                                                                                               Sukarno sendiri yang tidak teguh memegang
                                                                          maka pada Maret 1934 dengan segera tersusun                             Yang dilakukan oleh Hatta dalam persiapan
                           dan polisi membubarkan acara. Selanjutnya,                                                                                                                            prinsip. Lagipula, apabila sikapnya yang berbalik
                                                                          pimpinan pusat sementara. Dalam tahanan di                              diasingkan ke Digul adalah mengepak buku-
                           Hatta berpidato di acara serikat buruh kereta                                                                                                                         dipegaruhi oleh istrinya, Hatta mengatakan:
                                                                          Glodok, Hatta masih menyempatkan untuk                                  bukunya sampai dimasukkan ke dalam 16
                           api di Semarang. Namun, pemerintah Belanda                                                                                                                            “bukan pemimpin kalau masih terpengaruh oleh
                                                                          menulis karangan berjudul “Krisis Ekonomi dan                           peti besi. Hatta, yang bolak-balik penjara
                                                                                                                                                                                                                                        144
                           melarang pegawai negeri untuk menjadi anggota                                                                                                                         air mata istri yang tak tahan hidup melarat”.
                                                                          Kapitalisme”. Ia juga mengungkapkan kondisinya                          Glodok ke rumah, bersama saudara-saudaranya
                           PNI baru atau Partindo. Apabila mereka tidak
                                                                          selama di penjara kepada T.A. Murad, sekretaris                         membutuhkan     waktu   tiga   hari  untuk     Pemberitaan  koran  asing  melukiskan  bahwa
                           menaati maka perusahaan akan melalukan
                                                                          PNI baru sementara:                                                     membereskan pengepakan seluruh bukunya         Digul seperti “neraka” di mana malaria dan
                           pemecatan terhadap karyawannya.
                                                                                                                                                  tersebut. Di bulan Januari 1935, Hatta, Sjahrir,   demam berdarah merajelala.  Di Digul, kaum
                                                                                                                                                                                                                           145
                                                                          “Penghidupan di sini biasa saja saban hari
                           Di Semarang, Hatta menerima berita yang                                                                                dan Bondan berangkat dengan kapal KPM          interniran dibagi menjadi dua golongan: (1)
                                                                          dan tidak berubah-ubah. Malam tidur,
                           mengejutkan tentang penangkapan Sukarno.                                                                               Melchior Treub ke jurusan Boven Digul.         golongan naturalis, kelompok yang tidak mau
                                                                          siang  mandi,  makan,  berjalan-jalan
                           Penangkapan tersebut disusul oleh larangan                                                                             Sementara itu, pemerintah kolonial membuang    bekerja sama dengan Belanda dan diberi jatah
                                                                          di atas kebun rumput dalam blok saya,
                           untuk mengadakan rapat bagi partai-partai yang                                                                         Sukarno ke tempat yang relatif lebih enak      makan pas-pasan (2) golongan werkwillig, kaum
                           berhaluan nonkooperasi: PNI baru, Partindo,    sehabisnya studi. Dan kitab-kitablah                                    di Flores. Berhembus kabar bahwa Sukarno       kooperator yang mau bekerja sama dengan
                                           134
                           PSII, dan Permi.  Tidak lama setelah itu,      yang menjadi teman saya sehari-hari …                                   meminta   pengurangan    hukuman    dengan     pemerintah, biasanya pekerjaannya mencangkul


                           122   PERDANA MENTERI REPUBLIK INDONESIA 1945 - 1959                                                                                                                  PERDANA MENTERI REPUBLIK INDONESIA 1945 - 1959  123
   129   130   131   132   133   134   135   136   137   138   139