Page 74 - Perdana Menteri RI Final
P. 74

Dibandingkan dengan Sukarno, Hatta, dan        temperamen revolusionernya, dia menguasai                               penderitaan rakyat karena pajak tanah dan pajak   “Aksi Massa”, yang sebenarnya Yamin merupakan
                           Sjahrir, Amir lebih sedikit menulis di masa    publik dan memukau audiensnya”. 24                                      lainnya di masa depresi, pidatonya dihentikan   penulisnya. Oditur Jenderal sebetulnya telah

                           pergerakan. Panggung utamanya bukanlah dunia                                                                           oleh polisi dan Amir dipaksa turun dari podium   menyiapkan tuntutan pengasingan dalam negeri
                                                                          kemampuan orasi dan tingkah laku Amir                                             28
                           tulis menulis, tetapi podium pidato atau rapat                                                                         oleh polisi.  Pidato-pidato yang berbau dan    ketika ia diputuskan hukuman tahanan 18
                                                                          seringkali dibandingkan dengan kompatriotnya,
                           umum. Amir merupakan pemimpin kharismatis                                                                              menggunakan kata-kata anti-pemerintah, anti-   bulan penjara. Meskipun demikian, Amir tidak
                                                                          Moh. Yamin, dalam laporan-laporan tersebut.
                           yang   kemampuan     orasinya  disebut-sebut                                                                           kolonial, anti-kapitalisme dengan jelas dianggap   pernah diasingkan di tempat yang jauh dari
                                                                          Baik Yamin dan Amir dipandang sebagai
                           mendekati reputasi Sukarno. Namun, terdapat                                                                            sebagai bibit-bibit subversif kepada pemerintah.   Jakarta, seperti Sukarno ke Endeh atau Hatta
                                                                          seorang “ekstrimis”. Meskipun demikian,
                           perbedaan yang khas antara Amir dengan                                                                                 Tidak hanya Amir, beberapa tokoh pergerakan    dan Sjahrir ke Boven Digul. Amir terselamatkan
                                                                          potensi Amir diyakini lebih serius dibandingkan
                           Sukarno. Menurut Surjono, yang berkerja dalam                                                                          yang berpidato menggunakan kata-kata tersebut   dari pengasingan di luar Jawa dan dipenjara di
                                                                          dengan Yamin. Dalam pandangan Gubernur                                  dihentikan pidatonya oleh intelijen polisi
                           pers Pesindo (Pemuda Sosialis Indonesia), bila                                                                                                                        Sukamiskin. Selama 18 bulan di penjara dari
                                                                          Jawa Barat, misalnya, Yamin digambarkan                                 kolonial. Puncaknya adalah pemerintah kolonial
                           kemampuan orasi Sukarno terletak pada irama                                                                                                                           Desember 1933 sampai Juni 1935, perilakunya
                                                                          sebagai “anak panggung yang hingar bingar                               mulai menangkapi tokoh-tokoh Partindo yang
                           bahasa dan dampak suaranya, gaya pidato Amir                                                                                                                          yang “tanpa cacat” membuatnya tidak ditahan
                                                                          dan demagog, ekstrimis di gedung kesenian,                              dianggap membahayakan. Amir Sjarifuddin
                           terletak pada kemampuannya memainkan citra-                                                                                                                           lebih lama. Sesudah Amir dibebaskan malahan
                                                                          pribadi yang tak berwatak, tak berpengaruh …                            termasuk salah satu di antaranya.
                           citra: Surabaya diganti kota kemelaratan atau                                                                                                                         terdengar kabar bahwa ia akan diasingkan
                                                                                                                    25
                                                                          yang bisa ditinggal sendirian tanpa khawatir”.
                                            22
                           kota Tanjung Perak.  Pidatonya tidak membakar                                                                                                                         jauh-jauh. Namun, Scheper, bekas guru Amir
                                                                          Sementara, Amir digambarkan “memiliki                                   DITAHAN TAPI TIDAK DIASINGKAN
                           massa seperti Sukarno, tetapi Amir berbicara apa                                                                                                                      di Sekolah Hukum dan pejabat di departemen
                                                                          karakter dan berani menanggung konsekuensi
                           adanya dengan lugas dan tajam. Terlepas dari itu,                                                                      Menurut Ingleson, pukulan pertama dari         kehakiman,  yang  sering  membawakan  Bibel
                                                                          karena mempertahankan posisinya … dia jujur
                           kemampuan orasi dan kharisma duet Sukarno                                                                              serangkaian pukulan terhadap para aktivis      kepada Amir di penjara memohon pengampunan
                                                                          dalam keyakinannya. Oleh karena itu, orang-
                           dan Amir di Partindo efektif dalam menggalang                                                                          nonkooperator datang pada tanggal 27 Juni 1933   atasnya dengan menjamin bahwa Amir akan
                                                                          orang terdorong untuk menghormatinya …
                           massa, dibandingkan dengan kemampuan tulisan                                                                           ketika pelarangan pegawai pemerintah untuk     bertingkah laku baik. Sepupu Amir, Soetan
                                                                          selain itu, dia memang terlahir sebagai seorang
                           dan intelektualias duet Hatta dan Sjahrir di PNI                                                                       menjadi anggota PNI baru dan Partindo mulai    Goenoeng Moelia juga memohon pengampunan
                                                                          pemimpin, seorang agitator yang berbahaya;
                                                                                                                                                                                 29
                           baru yang mengandalkan kaderisasi pemimpin.                                                                            diberlakukan pemerintah kolonial.  Setelah itu,   saudaranya tersebut kepada gubernur jenderal.
                                                                          pendeknya seorang tokoh papan atas yang tidak
                                                                                                                                                  penangkapan terhadap para tokoh-tokoh utama    Pengaruh kedua tokoh Kristen ini akhirnya
                                                                                               26
                           Di awal tahun 1930-an, nama Amir mulai         mudah ditundukkan”.  Gubernur tersebut
                                                                                                                                                  pergerakan dari Partindo, PNI baru, PSII, dan   membuatnya tidak ditahan lagi.
                           dibicarakan dalam laporan-laporan pemerintah   memberikan pendapat agar pemerintah pusat
                                                                                                                                                  Partai Islam Sumatera, Permi, dilakukan atas
                           sebagai  seorang  orator  berbakat  yang  akan   mewaspadainya: “Dalam pandangan saya, Amir
                                                                                                                                                  perintah Gubernur De Jonge. Sukarno, Hatta,    MENCARI FORMAT BARU PERGERAKAN
                           membahayakan pemerintah kolonial. Laporan      Sjarifuddin, pada tahun yang akan datang
                                                                                                                                                  Sjahrir, ditangkap dengan dasar  exorbitante
                                                                                                                                                                                                 Setelah bebas dari tahanan, Amir menghadapi
                           ini, menurut Klinken, merupakan “petunjuk      akan  muncul sebagai salah satu tokoh yang
                                                                                                                                                  rechten gubernur jenderal. Dalam gelombang
                                                                                                                                                                                                 kesulitan-kesulitan dalam menjalankan aktivitas
                           terbaik yang kita miliki mengenai pengaruh     paling penting di antara tokoh utama dalam                              penangkapan para pemimpin kebangsaan
                                                                                                                                                                                                 politiknya seperti masa-masa sebelum dipenjara.
                           politik  yang  dia  timbulkan  …  pada  perannya   aksi-aksi ekstrimis”. Bahkan gubernur tersebut                      di tahun 1933-4 tersebut, Amir termasuk di
                                                                                                                                                                                                 Pemerintah kolonial semakin represif membatasi
                                                           23
                           sebagai pemimpin kharismatik”.  Dalam          merekomendasikan pemerintah kolonial untuk                              dalamnya. Ia merupakan salah satu tokoh
                                                                                                                                                                                                 gerak-gerik perlawanan antikolonial. Partindo
                           laporan Asisten Penasihat untuk Urusan Pribumi   menahannya agar pengaruhnya yang besar di                             pemuda mahasiswa yang paling dikenali polisi
                                                                                                                                                                                                 pun kini telah habis sisa-sisa kekuatannya
                                                                                                 27
                           G. F. Pijper kepada Gubernur Jenderal De Jonge,   masyarakat bisa terputus.                                            dan juga merupakan seorang pembantu terdekat
                                                                                                                                                                                                 akibat  penangkapan  besar-besaran  terhadap
                           disebutkan bahwa Amir Sjarifuddin adalah:                                                                              Sukarno. 30
                                                                          Reputasi Amir yang menanjak semakin                                                                                    pemimpinnya. Pemenjaraan Amir memang telah
                           “Seorang orator berbakat. Dia mengekspresikan   membuatnya diawasi radar pemerintah kolonial.                          Amir didakwa bersalah karena pelanggaran       meningkatkan reputasinya sebagai pahlawan
                           diri dengan jelas dan mengkaji tema-tema       Pernah  ketika  ia  tengah  berpidato  menyerang                        undang-undang pers. Ia dituduh menerbitkan     dalam pergerakan. Namun, tanpa panggung
                           yang diuraikannya secara menyeluruh. Dengan    pemerintah kolonial yang mengakibatkan                                  sebuah  artikel  provokatif  di  Banteng  berjudul   dan ruang yang cukup untuk beraktivitas politik



                           62    PERDANA MENTERI REPUBLIK INDONESIA 1945 - 1959                                                                                                                  PERDANA MENTERI REPUBLIK INDONESIA 1945 - 1959  63
   69   70   71   72   73   74   75   76   77   78   79