Page 178 - Final Sejarah Islam Asia Tenggara Masa Klasik
P. 178

Johor tidak bisa berkembang seperti     landasan kuat bagi berdirinya kerajaan                      kekuasaan Sultan Alaudin Ri’ayat Syah   berikutnya pada 1568.  Demikianlah,
                                                                                                                                                                           78
            halnya Malaka. Begitu pula Johor tidak   Aceh. Selama masa kekuasaannya,                            al-Kahar (+ 1537/9-1571). Dikenal sebagai   melaluli serangkaian serangan di atas,
            bisa berperan sebagai pusat budaya      wilayah kekuasaan Aceh tidak hanya                          “salah satu dari prajurit-prajurit Aceh   meski tidak semuanya berhasil, Sultan
            Melayu yang diharapkan, yang setara     terbatas di lembah sungai Aceh, yang                        terbesar”,  Alauddin al-Kahar banyak   Alauddin al-Kahar telah melatakkan
                                                                                                                        77
            dengan Malaka pada abad ke-14. Peran    kemudian dikenal dengan Aceh Besar,                         melakukan operasi militer, sehingga    landasan kokoh bagi perkembangan
            politik-ekonomi dan kultural tersebut   tapi sudah menjangkau beberapa                              harus berhadapan dengan kerajaan Johor   Aceh menjadi satu kerajaan penting di
            dipegang keajaan Aceh. Sebagaimana      wilayah lain di sekitarnya. Pada 1520 dia                   dan Portugis di Malaka.                barat Nusantara.
            akan dijelaskan nanti, Aceh pada        menaklukkan Daya di ujung barat, dan
            masa kejayaannya di abad ke-16 dan      selanjutnya Pidie dan Pasai di belahan                      Tidak lama setelah naik tahta—setelah   Bersamaan dengan itu, penguasa Aceh
            17 menjadi basis lahirnya peradaban     timur pada masing-masing 1521 dan                           mengkudeta saudaranya, Salahuddin      juga merumuskan suatu bentuk mitos
            yang secara inheren menjadi bagian      1524. 76                                                    (1530-1537/9) yang gagal menyerang     politik sebagai legitimasi kultural dari
            dari “alam Melayu”.  Klaim geneologis                                                               Malaka—Alauddin al-Kahar pada 1539     kekuasaan yang tengah dibangun.
                              75
            yang berasal dari Iskandar Zulkarnain,   Wilayah kerajaan Aceh memang sangat                        berusaha menguasai Aru, yang menjadi   Sebagaimana umumnya di kerajaan
            misalnya—yang menjadi salah satu pilar   potensial sebagai penghasil barang-                        titik konflk dengan Johor. Namun,      yang baru berdiri, legitimasi seorang raja
            identitas politik Melayu—ditemukan      barang komoditi yang laku di pasaran                        serangan tersebut berhasil digagalkan   untuk bertahta di istana menjadi satu isu
            dalam naskah-naskah yang berasal dari   internasional. Daerah-daerah taklukkan                      Johor, yang kemudian menguasai Aru     sentral. Dan isu tersebut mengacu tidak
            kerajaan Aceh. Sementara kerajaan Johor   Ali Mughayat Shah di atas––khususnya                      selama dua puluh empat tahun. Baru     hanya pada kemampuan sang raja dalam
            baru pada abad ke-17 mulai memasuki     Pidie, Pasai, dan Daya––terkenal sebagai                    pada 1560-an, Sultan Alauddin al-kahar   membangun kehidupan ekonomi dan
            kejayaan sebagaimana Malaka dan Aceh,   penghasil lada dan rempah-rempah di.                        berhasil menaklukkan Johor. Pada       real politik, tapi juga dalam merumuskan
            setelah melibatkan VOC di Batavia.      Maka penguasan atas daerah-daerah                           1564 dan 1565, dia menguasai Johor     aura sakral yang bersifat personal
                                                    tersebut menjadi sangat strategis bagi                      dan membawa serta Sultan Aalauddin     sehingga tampil sebagai seorang
            Setelah sebelumnya terbatas sebagai     perkembangan kerajaan. Di bidang                            Ri’ayath Syah I ke Aceh dan kemudian   pemimpin yang secara sosio-kultural
            pusat perdagangan berskala kecil––      ekonomi, daerah-daerah tersebut                             membunuhnya. Penaklukkan Aceh          legitimate untuk duduk di singgasana.
            seperti halnya pusat-pusat dagang       menjadi pemasok kebutuhan para                              atas Johor terus dilakukan. Pada 1570,   Untuk konteks kerajaan Aceh, hal
            lain di belahan utara Sumatra–– Aceh    pedagang internasional yang banyak                          Aceh mengirim pasukan ke Johor         tersebut dibangun dengan merujuk pada
            berkembang pesat setelah terlibat secara   berkunjung ke kerajaan. Sementara                        untuk membantu penguasa Johor          budaya politik Melayu, yang memang
            langsung dalam perdagangan maritim      itu, secara politik penguasaan wilayah                      yang didukung Aceh—anak raja yang      tengah berkembang menjadi satu sistem
            internasional. Sejak penaklukkan        tersebut juga sangat signifikan bagi                        dibunuh itu—yang tengah menghadapi     budaya dominan sejalan tumbuhnya
            Malaka, para pedagang Muslim manca      upaya konsolidasi kekuatan politik oleh                     konflik intenal kerajaan. Bersama dengan   bahasa Melayu sebagai lingua franca yang
            negara yang sebelumnya melakukan        para penguasa Aceh berikutnya, yang                         serangan ke Johor, Alauddin al-Kahar   secara umum berlaku dalam pergaulan
            transaksi bisnis mereka di Malaka,      berhasil membawa kerajaan ini sebagai                       juga melakukan serangan ke Portugis    antarelit kerajaan dan juga ekpresi
            beralih ke Aceh. Sultan Ali Mughayat    pemegang kontrol politik dan ekonomi                        di Malaka. Pada 1547, dia menyerang    keagamaan.  Dalam hal ini, raja Aceh
                                                                                                                                                                  79
            Shah (w. 1530) adalah orang yang        yang dominan di kawasan barat                               Malaka, tapi mengalami kegagalan. Hal   mengklaim diri mereka sebagai berasal
            bertanggung jawab dalam meletakkan      Nusantara. Hal ini bermula pada masa                        yang sama juga terjadi pada serangan   dari keturunan Iskandar Zulkarnain,



         166    Dinamika islam Di asia tenggara: masa klasik                                                                                           Dinamika islam Di asia tenggara: masa klasik   167
   173   174   175   176   177   178   179   180   181   182   183