Page 179 - Final Sejarah Islam Asia Tenggara Masa Klasik
P. 179
Johor tidak bisa berkembang seperti landasan kuat bagi berdirinya kerajaan kekuasaan Sultan Alaudin Ri’ayat Syah berikutnya pada 1568. Demikianlah,
78
halnya Malaka. Begitu pula Johor tidak Aceh. Selama masa kekuasaannya, al-Kahar (+ 1537/9-1571). Dikenal sebagai melaluli serangkaian serangan di atas,
bisa berperan sebagai pusat budaya wilayah kekuasaan Aceh tidak hanya “salah satu dari prajurit-prajurit Aceh meski tidak semuanya berhasil, Sultan
Melayu yang diharapkan, yang setara terbatas di lembah sungai Aceh, yang terbesar”, Alauddin al-Kahar banyak Alauddin al-Kahar telah melatakkan
77
dengan Malaka pada abad ke-14. Peran kemudian dikenal dengan Aceh Besar, melakukan operasi militer, sehingga landasan kokoh bagi perkembangan
politik-ekonomi dan kultural tersebut tapi sudah menjangkau beberapa harus berhadapan dengan kerajaan Johor Aceh menjadi satu kerajaan penting di
dipegang keajaan Aceh. Sebagaimana wilayah lain di sekitarnya. Pada 1520 dia dan Portugis di Malaka. barat Nusantara.
akan dijelaskan nanti, Aceh pada menaklukkan Daya di ujung barat, dan
masa kejayaannya di abad ke-16 dan selanjutnya Pidie dan Pasai di belahan Tidak lama setelah naik tahta—setelah Bersamaan dengan itu, penguasa Aceh
17 menjadi basis lahirnya peradaban timur pada masing-masing 1521 dan mengkudeta saudaranya, Salahuddin juga merumuskan suatu bentuk mitos
yang secara inheren menjadi bagian 1524. 76 (1530-1537/9) yang gagal menyerang politik sebagai legitimasi kultural dari
dari “alam Melayu”. Klaim geneologis Malaka—Alauddin al-Kahar pada 1539 kekuasaan yang tengah dibangun.
75
yang berasal dari Iskandar Zulkarnain, Wilayah kerajaan Aceh memang sangat berusaha menguasai Aru, yang menjadi Sebagaimana umumnya di kerajaan
misalnya—yang menjadi salah satu pilar potensial sebagai penghasil barang- titik konflk dengan Johor. Namun, yang baru berdiri, legitimasi seorang raja
identitas politik Melayu—ditemukan barang komoditi yang laku di pasaran serangan tersebut berhasil digagalkan untuk bertahta di istana menjadi satu isu
dalam naskah-naskah yang berasal dari internasional. Daerah-daerah taklukkan Johor, yang kemudian menguasai Aru sentral. Dan isu tersebut mengacu tidak
kerajaan Aceh. Sementara kerajaan Johor Ali Mughayat Shah di atas––khususnya selama dua puluh empat tahun. Baru hanya pada kemampuan sang raja dalam
baru pada abad ke-17 mulai memasuki Pidie, Pasai, dan Daya––terkenal sebagai pada 1560-an, Sultan Alauddin al-kahar membangun kehidupan ekonomi dan
kejayaan sebagaimana Malaka dan Aceh, penghasil lada dan rempah-rempah di. berhasil menaklukkan Johor. Pada real politik, tapi juga dalam merumuskan
setelah melibatkan VOC di Batavia. Maka penguasan atas daerah-daerah 1564 dan 1565, dia menguasai Johor aura sakral yang bersifat personal
tersebut menjadi sangat strategis bagi dan membawa serta Sultan Aalauddin sehingga tampil sebagai seorang
Setelah sebelumnya terbatas sebagai perkembangan kerajaan. Di bidang Ri’ayath Syah I ke Aceh dan kemudian pemimpin yang secara sosio-kultural
pusat perdagangan berskala kecil–– ekonomi, daerah-daerah tersebut membunuhnya. Penaklukkan Aceh legitimate untuk duduk di singgasana.
seperti halnya pusat-pusat dagang menjadi pemasok kebutuhan para atas Johor terus dilakukan. Pada 1570, Untuk konteks kerajaan Aceh, hal
lain di belahan utara Sumatra–– Aceh pedagang internasional yang banyak Aceh mengirim pasukan ke Johor tersebut dibangun dengan merujuk pada
berkembang pesat setelah terlibat secara berkunjung ke kerajaan. Sementara untuk membantu penguasa Johor budaya politik Melayu, yang memang
langsung dalam perdagangan maritim itu, secara politik penguasaan wilayah yang didukung Aceh—anak raja yang tengah berkembang menjadi satu sistem
internasional. Sejak penaklukkan tersebut juga sangat signifikan bagi dibunuh itu—yang tengah menghadapi budaya dominan sejalan tumbuhnya
Malaka, para pedagang Muslim manca upaya konsolidasi kekuatan politik oleh konflik intenal kerajaan. Bersama dengan bahasa Melayu sebagai lingua franca yang
negara yang sebelumnya melakukan para penguasa Aceh berikutnya, yang serangan ke Johor, Alauddin al-Kahar secara umum berlaku dalam pergaulan
transaksi bisnis mereka di Malaka, berhasil membawa kerajaan ini sebagai juga melakukan serangan ke Portugis antarelit kerajaan dan juga ekpresi
beralih ke Aceh. Sultan Ali Mughayat pemegang kontrol politik dan ekonomi di Malaka. Pada 1547, dia menyerang keagamaan. Dalam hal ini, raja Aceh
79
Shah (w. 1530) adalah orang yang yang dominan di kawasan barat Malaka, tapi mengalami kegagalan. Hal mengklaim diri mereka sebagai berasal
bertanggung jawab dalam meletakkan Nusantara. Hal ini bermula pada masa yang sama juga terjadi pada serangan dari keturunan Iskandar Zulkarnain,
166 Dinamika islam Di asia tenggara: masa klasik Dinamika islam Di asia tenggara: masa klasik 167