Page 146 - Final Manuskrip Gedong Kirtya Jilid II
P. 146

Tempat penyimpanan: kropakan, asal:
                                                                                                                                                        salinan, keadaan: baik, ukuran: 50,5
                                                                                                                                                        cm x 3,7 cm., ruang tulisan: 42,4 cm
                                                                                                                                                        x 3,5 cm., tebal: 29 lembar, jumlah
 RINGKASAN ISI BABAD                                                                                                                                    halaman: 58 halaman, jumlah baris per
 Babad ini menceritakan tentang asal-usul Raja di Majapahit yang berkeraton   demang, demung, rakryan Kanuruhan, Bandohaji, Pancatanda Manglurah        halaman: 4 baris, aksara: Bali, cara
 di Hutan Trik.  Adiknya yang bernama Arya Damar, berkeraton di   Ngabehi, serta para Mkel. Diceritakan juga ketika I Gusti Ngurah Rai                  penulisan: digurat dari kiri ke kanan,
 Tulembang. Patiḥ Tuwa bertempat tinggal di Majapahit yang merupakan   serta I Gusti Made Tabanan telah kembali ke istana. Setelah gugurnya I   20.     bahan: daun lontar, bahasa: Kawi,
 paman Sang Raja dari pihak ibu. Patih Tuwa menjabat Waisya di Majapahit,   Gusti Beng dan I Gusti Buruhan, keadaan negara menjadi tenteram karena      bentuk teks: prosa, subjek: Babad.
 Tumĕnggung, anak dari Patiḥ digantikan oleh Raja terdahulu yang   yang mengganggu ketenangan sudah hilang. Kemudian masuklah I Gusti                   Keterangan lain: terdapat tulisan
 didapatkan dari Bale Agung Mada. Ki Patih bertemu dengannya ketika   Ngurah Rai di istana Ida Dalem, sedangkan I Gusti Made Tabanan kembali   BABAD PARIAGEM VA/3/552  tangan dengan pensil di halaman 1r
 masih bayi Kemudian disembunyikan dalam pustala kelapa, dan diganti   ke Kediri. Adapun I Gusti Banjar gugur di Klungkung, I Gusti Pandak              yang berbunyi: “Pariagem, toeroenan
 namanya menjadi Patiḥ Gajah Mada. Patih Gajah Mada dipercaya untuk   masih berada di Sukasada, I Gusti Pasekan gugur di Rejasa, serta I Gusti          dari lontarnja Padaṇḍa Made Boekian
 mengatur urusan Keraton Majapahit, dari urusan yang berat hingga urusan   Pangkung gugur di Antasari.                                                  dari Geloempang [Peliatan] ditoeroen
 ringan, besar kecilnya pekerjaan, serta para pejabat arya, punggawa,                                                                                   oleh I Dajoe Poetoe Wati dari
                                                                                                                                                        Penaroekan [Djinengdalem].”
                                                                                                                                                        Pengarang/penyalin: I Dajoe Poetoe
                                                                                                                                                        Wati.






















 134  KHAZANAH MANUSKRIP SEJARAH KOLEKSI GEDONG KIRTYA                                                          KHAZANAH MANUSKRIP SEJARAH KOLEKSI GEDONG KIRTYA         135
   141   142   143   144   145   146   147   148   149   150   151