Page 206 - Final Manuskrip Gedong Kirtya Jilid II
P. 206

Tempat penyimpanan: keropakan, asal:
                                                                                                                                                        salinan lontar milik I Gde Soebrata,
                                                                                                                                                        keadaan: baik, ukuran: 50,4 cm x 3,7
                                                                                                                                                        cm, ruang tulisan: 41,3 cm x 3,7 cm,
 RINGKASAN ISI BABAD                                                                                                                                    tebal: 68 lembar, jumlah halaman: 136
 Diceritakan tentang julukan Ki Kabayan Basukih bernama asli Ki Tonjaha   serta Ki Pasek Sdahan Gunung Agung, Ki Pageh, Ki Patuh, dan Ki Pancat         halaman, jumlah baris per halaman:
 yang bertugas sebagai pamangku I Dewa Ratu Kidul serta Ki Pasek Slat   sebagai keseluruhan tetua di gunung Agung. Dijelaskan pula tentang              4 baris, aksara: Bali, cara penulisan:
 bertugas menjaga milik dewa berupa isi lumbung. Untuk pemujaan ke   kutukan dari Ida Ratu Sakti. Jika manusia itu mati, penjelmaannya tidak   30.      digurat dari kiri ke kanan, bahan: daun
 Gunung Agung, mereka sama-sama menghadap serta Si Kabayan bersama   dapat ditemukan dan menjadi berkas cahaya yang melayang di udara masuk             lontar, bahasa: Kawi, bentuk teks:
 si Pasek membawa rajapurana tentang cerita dari masa yang lampau.   ke waring cak cacing atau yang dikenal dengan cacing kremi. Ada pula               kidung, subjek: babad.
 Diceritakan dalam rajapurana berkat labha dari Bhatara hingga  berhasil   larangan kepada orang lain yang awam yang tidak berhak membaca rajapura   BABAD RAJA PURANA VB/3/827  Keterangan lain: pada lembar 1 recto
 dijadikan sebagai sumber penghidupan di desa-desa. Dikisahkan perintah   kecuali sesama kaum bandesa. Larangan membaca juga ditujukan kepada           bagian kanan terdapat tulisan dari
 yang dituliskan dalam rajapurana di masa lalu bahwa umat manusia wajib   golongan Brahmana karena memelihara naskah dan teks tersebut bukan            pensil berhuruf Latin “Rājapurāṇa,
 untuk mengingat masing-masing tugasnya sesuai yang termuat pada   kewajibannya.                                                                        toeroenan dari lontarnja I Gde
 rajapurana. Perintah Bhatara di Basukih dilaksanakan oleh Ki Kabayan                                                                                   Soebrata dari Br. Sangging (Gianjar)
                                                                                                                                                        ditoeroen oleh P. Geria dari Br. Paketan
                                                                                                                                                        (Singaradja).”

                                                                                                                                                        Pengarang/penyalin: Poetoe Geria.






















 194  KHAZANAH MANUSKRIP SEJARAH KOLEKSI GEDONG KIRTYA                                                          KHAZANAH MANUSKRIP SEJARAH KOLEKSI GEDONG KIRTYA         195
   201   202   203   204   205   206   207   208   209   210   211