Page 31 - BKSN 2021 (1)
P. 31
Singkatnya, perkataan Yesus, “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!”
mengungkapkan kasih dan perhatian Yesus kepada para murid yang se-
dang dilanda ketakutan, sekaligus merupakan pernyataan jati diri-Nya
sebagai Anak Allah, Dia yang memiliki otoritas ilahi.
Datanglah!
Mengetahui bahwa Yesus berada bersama mereka, Petrus sebagai
representasi para murid berseru kepada-Nya, “Tuhan, apabila Engkau itu,
suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air” (ay. 28). Mengapa
Petrus tidak berjalan sendiri ke arah Yesus, tetapi menunggu perintah Ye-
sus untuk datang kepada-Nya? Apakah Petrus mengharapkan Yesus un-
tuk berbagi kemampuan ajaib-Nya, yaitu berjalan di atas air? Jika demiki-
an, apakah Petrus kehilangan keyakinannya? Apakah Petrus sebenarnya
sedang meminta izin dari Yesus untuk melakukan sesuatu? Untuk semua
pertanyaan tersebut, jawabannya bisa ya, bisa tidak. Namun, yang lebih
penting adalah bahwa dalam peristiwa ini, kita sebenarnya sedang diajak
untuk mengenali sosok Petrus.
Dalam situasi mencekam di tengah danau, Yesus tidak meng-
hentikan angin dan badai walaupun Dia memiliki otoritas dan kekuatan
untuk menenangkannya. Dia seolah-olah membiarkan gejolak alam di
Danau Genesaret tetap berlangsung. Sepertinya Yesus sedang melatih
para murid untuk tetap tenang dalam situasi yang menakutkan dan yang
mengancam nyawa mereka. Di lain pihak, Petrus tampaknya ingin ber-
partisipasi dalam kuasa Yesus yang dapat mengatasi kekuatan alam yang
tidak terkendali itu. Berbeda dari karakter Petrus yang biasanya muncul,
yaitu spontan dan tidak berpikir panjang, Petrus di sini lebih bersikap
menunggu apa yang diperintahkan oleh Yesus, Gurunya.
Ada yang menduga bahwa Petrus sedang mencobai Yesus. Ia
mencerminkan seorang manusia yang mencobai Allah, seorang manu-
sia yang meminta Allah suatu bukti bahwa Dia sungguh-sungguh hadir
di tengah kesukaran. Jika kita menghubungkan kisah ini dengan kisah
pencobaan Yesus di padang gurun, terdapat sedikit kesamaan antara
permintaan Petrus dan bujukan Iblis. Petrus memulai dengan berkata,
“Apabila Engkau itu.” Ini menyerupai perkataan Iblis, “Jika Engkau Anak
Allah” (Mat. 4:3, 6). Ketika Petrus mengatakan, “Suruhlah aku datang ke-
pada-Mu berjalan di atas air,” ini menggemakan kembali tantangan Iblis
kepada Yesus, “Perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti” (Mat.
4:3), atau, “Jatuhkanlah diri-Mu ke bawah” (Mat. 4:6). Tentu saja per-
Pertemuan Pertama 29