Page 33 - BKSN 2021 (1)
P. 33
lepaskanlah aku dari banjir, dari tangan orang-orang asing” (Mzm. 144:7).
Berkaitan dengan penyelamatan dari bencana banjir, ada sebuah kisah
yang diceritakan oleh para rabi Yahudi bahwa ketika pertama kali bang-
sa Israel hendak menyeberang Laut Teberau, mereka mulai tenggelam
dalam ombak yang ganas, tetapi kemudian diselamatkan oleh tongkat
Musa yang membelah laut tersebut.
Yang menarik di sini adalah perkataan Yesus, “Hai orang yang
kurang percaya, mengapa engkau bimbang?” (ay. 31). Yesus menilai Pe-
trus sebagai orang yang mudah bimbang karena tidak percaya. Sekalipun
dinilai kurang percaya atau imannya kurang sempurna, Petrus tampak-
nya masih lebih berani daripada para murid lainnya yang masih berada di
dalam perahu. Sekalipun mendapat teguran, Petrus akhirnya diselamat-
kan Yesus. Poinnya cukup jelas. Yang perlu diperhitungkan dalam situasi
mencekam bukanlah kekuatan niat atau semangat, melainkan kehadiran
Allah dan/atau Yesus yang menyelamatkan.
Sejumlah penafsir melihat reaksi dan tindakan Petrus ini sebagai
cerminan orang kristiani awal. Di tengah penganiayaan dan penderitaan,
mereka takut dan bingung. Mereka mencari-cari apa yang dapat dijadi-
kan pegangan. Mereka percaya kepada Yesus, tetapi pada saat yang sama,
kepercayaan mereka mudah terombang-ambing saat melihat kesulitan
yang membentang di hadapan mereka. Mereka berada dalam dua kutub,
yaitu iman dan keraguan. Terkadang mereka lebih terfokus pada “badai”
(kesulitan dan penderitaan), terkadang lebih terfokus pada Yesus.
Sesungguhnya, Engkau Anak Allah
Ketika Yesus dan Petrus naik ke perahu, angin menjadi reda (ay.
32). Setelah menyaksikan dan mengalami peristiwa yang ajaib ini, mereka
yang berada di dalam perahu menyembah Yesus sambil berkata, “Sesung-
guhnya Engkau Anak Allah” (ay. 33).
Penyingkapan identitas Yesus sebagai Anak Allah merupakan
happy ending dari kisah dramatis di Danau Galilea. Dalam Injil Matius,
selain para murid ini, mereka yang menyebut Yesus sebagai Anak Allah
adalah Allah sendiri (Mat. 3:17) dan Iblis atau setan (Mat. 4:3, 6; 8:29).
Dalam studi Kitab Suci, gelar Anak Allah cukup berkaitan dengan ke-
biasaan orang non-Kristen dalam menyebut para raja mereka. Meskipun
orang Yahudi pada umumnya tidak akan menyebut guru atau rabi mereka
sebagai Anak Allah, peristiwa ajaib di danau ini membuat para murid Ye-
sus menggelari guru mereka sebagai Anak Allah.
Pertemuan Pertama 31