Page 73 - BKSN 2021 (1)
P. 73
kan bahwa musuh dapat membuktikan kalau mereka adalah sesama,
bahwa belas kasihan tidak memiliki batas-batas, dan bahwa menilai atau
menghakimi seseorang berdasarkan agama dan suku akan membuat kita
sekarat” (Biblical Archaeology Review 38:1, January/February 2012 “Bibli-
cal Views: The Many Faces of the Good Samaritan—Most Wrong”).
Belas kasihan
Apa yang paling membedakan orang Samaria ini dengan imam
dan orang Lewi sebelumnya adalah sikap belas kasihannya. Ia lewat, me-
lihat, dan tergerak oleh belas kasihan. Apa itu belas kasihan?
Pada hakikatnya, belas kasihan adalah sebuah kesadaran dan
perasaan. Ini adalah kesadaran akan penderitaan orang lain. Kesadaran
ini kemudian melahirkan perasaan yang dapat menyatu dengan perasaan
orang lain yang sedang menderita. Dalam bahasa Inggris, kata yang
dipakai adalah compassion – secara etimologis berasal dari bahasa Latin
pati (menderita) dan com (dengan) – yang berarti “menderita bersama”.
Namun, lebih dari sekadar sadar dan merasa, mereka yang berbelas ka-
sihan umumnya akan melakukan tindakan untuk menyelamatkan sesa-
manya yang menderita. Seorang penulis bernama Frederick Buechner
melukiskan belas kasihan dengan cara ini, “Belas kasihan adalah kemam-
puan untuk merasakan apa yang ada di balik kulit orang lain. Ini adalah
sebuah pengetahuan bahwa ‘tidak akan ada kedamaian dan sukacita un-
tukku sampai ada kedamaian dan sukacita yang akhirnya datang padamu
juga’.”
Belas kasihan orang Samaria ini menjadi nyata dalam tindakan-
nya. Ia tidak hanya tergerak oleh belas kasihan; ia melakukan perbuatan
belas kasihan. “Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah
ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan
orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke
tempat penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan
dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika
kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kem-
bali” (ay. 34-35).
Orang Samaria itu tidak pernah berpikir orang di depannya ini
musuhnya atau bukan, atau dari bangsa apa. Ia hanya melihat orang
tersebut sebagai orang sedang membutuhkan pertolongan. Ia segera
mendekati dan melakukan pertolongan pertama. Dibersihkannya luka-
luka orang itu dengan minyak (untuk mencuci luka) dan anggur (sering
Pertemuan Ketiga 71