Page 72 - BKSN 2021 (1)
P. 72

karena sebuah peristiwa sejarah. Ketika bangsa Asyur menaklukkan ke-
            rajaan Israel (Utara) pada tahun 722 SM, mereka mengangkut sebagian
            penduduknya ke tempat pembuangan dan memasukkan bangsa-bangsa
            asing ke Samaria dan sekitarnya. Akibatnya, terjadilah perkawinan cam-
            pur di antara mereka. Mereka dianggap pengikut Tuhan yang “setengah-
            setengah”,  sebab  leluhur  mereka,  selain  berbakti  kepada  Tuhan,  juga
            mempraktikkan ibadah di bukit-bukit pengurbanan kepada dewa-dewi
            Kanaan (lebih jelas tentang asal-usul orang Samaria, lih. 2Raj. 17). Per-
            musuhan antara orang Yahudi dan orang Samaria memuncak dan sulit
            didamaikan lagi ketika sejumlah orang Yahudi menghancurkan rumah
            ibadah orang Samaria di Gunung Gerizim pada tahun 128 SM.
                    Karena  stereotip  tersebut,  orang  Yahudi  tidak  mau  melewati
            wilayah Samaria, dan kalau bisa menjauhi wilayah mereka. Mereka tidak
            hanya dianggap orang tersingkir, tetapi juga musuh orang Yahudi. Dalam
            kisah pengutusan kedua belas murid menurut Injil Matius, Yesus berpe-
            san kepada mereka, “Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain
            atau masuk ke dalam kota orang Samaria” (Mat. 10:5). Di sisi lain, orang
            Samaria juga membenci orang Yahudi karena perlakuan yang merendah-
            kan dari pihak orang Yahudi terhadap mereka. Dalam Injil Lukas, misal-
            nya, dikisahkan  bagaimana orang  Samaria  tidak  mau  menerima Yesus
            karena hendak pergi ke Yerusalem (Luk. 9:52-53). Dalam perikop tentang
            percakapan Yesus dengan perempuan Samaria (Yoh. 4) juga terlihat de-
            ngan sangat jelas permusuhan antara orang Yahudi dan Samaria (“sebab
            orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria”, Yoh. 4:9).
                    Itu sebabnya, menampilkan sosok orang Samaria yang kemudi-
            an membantu orang Yahudi ibarat memberi tamparan keras bagi orang
            Yahudi  (ahli  Taurat)  yang  sedang  mendengarkan  perumpamaan  ini.
            Bagaimana mungkin orang yang dibenci sekaligus membenci orang Ya-
            hudi tiba-tiba berbalik arah dan membantu musuhnya? Para pendengar
            berharap bahwa pahlawan yang membantu orang yang hampir mati itu
            adalah orang Yahudi. Namun, harapan itu gagal karena Yesus justru me-
            nampilkan orang yang selama ini mereka benci, yaitu orang Samaria.
                    Amy-Jill Levine mengomentari alasan mengapa Yesus memun-
            culkan sosok orang Samaria sebagai pahlawan dalam perumpamaan ini,
            “Perumpamaan menawarkan … sebuah visi tentang kehidupan daripada
            kematian … Perumpamaan ini mengungkapkan kembali kisah 2Taw. 28,
            yang  mengisahkan  bagaimana  Nabi  Obed  meyakinkan  orang  Samaria
            untuk membantu orang Yehuda yang menjadi tawanan. Ini menunjuk-

            70    Gagasan Pendukung
   67   68   69   70   71   72   73   74   75   76   77