Page 28 - SEMINAR PENDIDIKAN
P. 28
tidak disengaja seperti jeritan orang-orang karena suatu kecelakaan, suara
pesawat yang sedang lewat, dan sebagainya. Termasuk gangguan suara ini
adalah gangguan dari teknis pengaturan pengeras suara sehingga
mengganggu kelancaran jalannya Retorika.
2. Faktor Semantik
Retorika adakalanya gagal karena persoalan semantik atau bahasa
Retorika. Bisa karena perbedaan bahasa pembicara dan pendengar atau
kesamaan bahasa tapi pembicara menggunakan beberapa kata atau istilah
yang tidak dipahami pendengar atau menimbulkan kesalahpahaman.
3. Faktor Prasangka
Antara pembicara dan pendengar tidak boleh ada prejudice atau
prasangka-prasangka tertentu. Jika pendengar sudah dihinggapi prasangka
terhadap pembicara, misalnya karena ras, golongan, aliran, agama, afiliasi
politik, dan sebagainya, maka ia tidak bisa memberikan penilaian yang
objektif. Mereka tidak bisa lagi memberikan penilaian secara rasional dan
logis. Sebaliknya, mereka menilai berdasarkan emosi dan sentimen.
Pandangannya juga selalu diarahkan hanya pada segi-segi yang negatif.
Faktor prasangka ini akan berakibat tidak diterimanya pesan Retorika secara
penuh dan secara wajar oleh khalayak pendengar.
4. Faktor Motivasi dan Kepentingan
Setiap orang yang mendengarkan Retorika lebih banyak
memperhatikan hal-hal yang erat kaitannya dengan motivasi dan
kepentingan dirinya. Kepentingan seseorang akan mendorong yang
bersangkutan untuk berbuat dan bersikap sesuai dengan kebutuhannya.
Oleh karena itu, Retorika yang tidak disesuaikan dengan motivasi dan
kepentingan pendengar tidak akan memperoleh perhatian dari mereka.
Pembicara harus memperhatikan faktor-faktor penghambat Retorika
tersebut se-jak membuat persiapan sampai penyampaian Retorika.
Hambatan atau rintangan atau evasi komunikasi ialah hambatan
yang menyebabkan komunikasi tidak mencapai sasaran seperti yang
diharapkan, sehingga komunikan tidak memahami isi pesan menurut
24