Page 53 - SEJARAH SOSIAL JAMBI
P. 53

----------------------- -------·-------




                                        43

           3)   Adanya  konflik  sosial  yang  mendalam  (/a tent social con-
                flict}.
           Walaupun  kadar gerakan ini  tidaklah  merupakan peristiwa yang
           lebih  bersifat  lokal, namun  sifat lolalitasnya tidak terlepas sama
           sekali  dari  perkembangan politik secara nasional. Malahan dapat
           dikatakan  bahwa  pergolakan-pergolakan ini  timbul sebagai  aki-
           bat  dari  perubahan-perubahan  yang  sedang  terjadi dalam skala
           nasional.  Dengan  demikian  dapat  dimengerti  bahwa  suatu  ge-
           rakan  akan  muncul,  karena  adanya  rasa  tidak  puas  baik  ter-
           hadap  keadaan  ekonomi,  kedudukan  sosial  yang  kurang  me-
           madai  ataupun  aspirasi  yang  tidak  tercapai,  perlakuan  yang
           tidak  adil,  serta  kekuasaan  politik  yang  dijalankan  tidak  de-
           ngan  norma  atau  nilai-nilai  yang  dianut,  bahkan  dapat  juga
           disebabkan  oleh  perasaan  frustrasi yang dihadapi oleh seseorang
           ataupun sekelompok orang.  2 5  )


               ·Di  daerah  Jam bi  antara  agama  dan  adat  sudah  membaur
           dan  sulit  untuk dicarikan  garis  pemisahnya yang jelas,  sehingga
           pergeseran  atau  perubahan  adat  istiadat,  akan  mempunyai hu-
           bungan  dengan  pergeseran  agama.  2  6  )  Demikian  pula  halnya
           dengan kerelaan dan  kepasrahan untuk mengorbankan jiwa raga-
           nya (ma ti syahid),  2  7  )  dalam suatu perjuangan, bahkan perjuang-
           an ini dinamakan dengan perang di jalan Allah (perang sabil).  2 8  )
                Konsep  perang sabil inilah  yang  telah  diguna kan  oleh para
           ulama  Jambi  dalam  menentang  segala  bentuk  perubahan yang
           telah  dilaksanakan  oleh  Pemerintah Kolqnial  Belanda,  karena
           dianggap  bahwa setiap  bentuk perubahan itu, menyangkut per-
           ubahan tata nilai  dan  sistem  nilai  masyarakat Jambi. Seperti te-
           lah  dikemukakan  di  atas  bahwa  perubahan  sistem  kekuasaan
           dan  kelembagaan  pemerintahan  dianggap  sebagai  bertentangan
           dengan  adat  kebiasaan  yang  berlaku  selama  ini,  yaitu  dengan
           meletakkan  status  pemerintahan  adat sebagai  pemerintahan in-
           formal.  Sedangkan  para  demang,  asisten  demang dan lain seba-
           gainya  yang  diangkat  dan  diakui  oleh  Pemerintah  Belanda  se-
   48   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58