Page 48 - SEJARAH SOSIAL JAMBI
P. 48
38
bedaan pendapat ini mengakibatkan dipecahnya Pangeran Marta
Jayakusurnah dari jabatannya dan digantikan oleh Pangeran
Natamenggala pada tanggal I Nopember 1890. Di daerah uluan
Pangeran Diponegoro dan Pangeran Husin memungut cukai
pengangkutan barang masuk serta mendirikan penjualan garam
di Muara Tembesi. Ancaman dan tegoran Belanda kepada Pa-
ngeran Diponegoro dan Pangeran Husin tidak berarti apa-apa
karena pemungutan cukai dan penjualan garam tidak dihentikan
. tetapi hanya memudahkan tempatnya antara lain ke Muara
Tahir dan Muara Sekamis. Di samping itu perlawanan ·Sultan
Taha Saifuddin dan pengikut-pengikutnya terns meningkat
dengan terbunuhnya Kontroli_r V l!n Laar, 1891 dan pada tahun
1895 terbunuh pula komandan militer yang merangkap politik
agen Belanda di Jambi. Perlawanan Sultan Taha dan pengikut-
pengikutnya ini mengakibatkan Belanda melakukan pula te-
kanan politik kepada Sultan Ahmad Zainuddin yang berakibat
Sultan Zainuddin pada bulan Desember 1899 memakzulkan
diri dengan mendapat bantuan Rp. 4.000,- setahun. 1 5 )
Tidak adanya kesepakatan antara para bangsawan Jambi
tentang pengganti Sultan Ahmad Zainuddin yang dapat diang-
kat Belanda, maka akhirnya pemerintahan Kesultanan Jambi
diserahkan kepada Pemerintah Hindia Belanda pada tanggal
27 Pebruari 1901. Residen Palembang I.A. Van Rynvan Alke-
made menerima penyerahan ini, dan dengan demikian berakhir-
lah Kesultanan Jambi. 1 6 )
3.3 Struktur Pemerintahan
Keragaman suku-suku bangsa di daerah Jambi ini didasar-
kan pula kepada adanya perbedaan latar belakang asal usul,
adat istiadat atau dapat dilihat dari kadar pengaruh ajaran Islam
dari beberapa daerah. Seperti pada masyarakat Melayu yang
sering juga disebut sebagai masyarakat Kalbu yang 12 atau suku
yang 12. Pada suku ini pengaruh ajaran Islam lebih jelas, karena
memang daerah-daerah yang dihuni oleh suku ini adalah meru-
pakan pusat kekuasaan dari Kesultanan Jambi.