Page 44 - SEJARAH SOSIAL JAMBI
P. 44
34
Belanda di Rawas, dengan segeara tentara Belanda dibawah pim-
pinnan Letnan Kolonel Mechiels memasuki Sarolangun Jambi
dan memblokir jalan sungai dan memaksa pasukan Sultan Kera-
mat kembali ke daerah Jambi. Pasukan Sultan Keramat ini terus
menerus didesak oleh tentara Belanda sampai ke dusun Sungai
Baung, Llmbur Tembesi. Di dusun Sungai Baung ini Sultan
Keramat terpaksa mengadakan perjanjian dengan Letnan Ko-
lonel Michie ls pad a tanggal 14 Nopember 183 3 yang isinya:
Negeri Jambi dikuasai dan dilindungi oleh negeri Belanda, serta
negeri Belanda mempunyai hak untuk mendirikan kekuatan
7
dalam daerah Jam bi dimana perlu. )
Perjanjian Sungai Baung ini oleh Residen Palembang Prac-
torius dianggap belum sempurna dan belum menjamin kekuasa-
an Belanda di daerah Jambi, untuk itu Sultan Keramat. Pange-
ran Ratu Kertaningrad, dan beberapa bangsawan Jambi pada
tanggal 15 Desember 1834 dipaksa untuk menandatangani
tambahan surat perjanjian 14 Nopember 1833 yang isinya:
1. Pemerintah Belanda memungut cukai dari segala pemasuk-
an dan pengeluaran barang.
2. Pemerintah Belanda berhak monopoli dalam penjualan
garam.
3. Pemerintah Belanda tidak memungut lain cukai.
4. Pemerintah Belanda tidak akan turut campur dalam urus-
an tatanegara dalam negeri dan tidak akan mengganggu
adat istiadat dalam negeri, kecuali dalam hal penggelapan
cukai yang berhak dipungut oleh Pemerintah Belanda.
5. Kepada sultan dan Pangeran Ratu diberikan uang tahunan
sebesar kp. 8.000,- 8 )
Perjanjian ini oleh Sultan Taha Syaifuddin yang naik tahta
pada tahun 1855 tidak ditepati lagi. Sultan Taha tidak mau
mengakui kekuasaan Belanda di Negeri Jambi. Oleh karena sikap
Sultan Taha ini tentara Belanda di bawah pimpinan Mayor Van