Page 47 - SEJARAH SOSIAL JAMBI
P. 47
37
Sultan Muhammad Mahilludin biasa disebut Sultan Mah-
mud Mahiddin wafat pada tanggal 10 April 1885. Pada bulan
Juli 1885 Pangeran Ratu Cakranegara dinobatkan oleh Belanda
menjadi sultan Jambi dengan gelar Sultan Ahmad Zainuddin.
Segera setelah menjadi sultan Jambi, oleh Sultan Ahmad Zai-
nuddin diangkat putra ketiga dari Sultan Taha Saifuddin yang
masih berumur 4 tahun menjadi Pangeran Ratu dengan gelar Pa-
ngeran Anom Kesumoyuda. Sebagai kuasa Pangeran Anom Ku-
sumoyuda diangkat Raden Abdur Rahman putra Sultan Mah-
mud Mahiddin dan Pangeran Aria Jayakusumah putra Sultan
Ahmad Nazaruddin. Kemudian Pangeran Aria Jayakusumah di-
gantikan oleh Pangeran Marta Jayakusumah putra Sultan Abdur
Rahman Nazaruddin. Sehubungan dengan itu pula maka keris
"siginjai yang dipegang oleh Sultan Taha kemudian diterimakan
kepada Sultan Ahmad Zainuddin. Hal ini meyakinkan Belanda
bahwa Sultan Taha mengakui Sultan Ahmad Zainuddin dan de-
ngan sendirinya rakyat Jambi pun mengakui Sultan Ahmad Zai-
nuddin sebagai satu-satunya sultan Jambi. Oleh sebab itu Be-
landa kemudian memaksakan ,-,erjanjian kepada Sultan Ahmad
Zainuddin yang dikenal sebagai perjanjian 28 Mei 1888, yang
isinya antara lain :
a. Penetapan tanah-tanah kepunyaan Pemerintah Belanda di-
sekitar Kota Jambi, Muara Sabak, Muara Kumpeh, Sim-
pang dan Kuala Tungkal.
b. Pemerintah Belanda akan membayar uang tahunan kepada
s11 ltan dan tidak akan menganggu urusan kesultanan, se-
lama sultan menepati perjanjian-perjanjian.
c. Menetapkan perhubungan antara Pemerintah Belanda de-
ngan Kesultanan Jambi.
d. Menetapkan bagian Negeri Jambi di mana Kerinci tertuang
sebagai sebagian Negeri Jambi.
e. Sultan harus sering mengunjungi Kota Jambi. 4 )
Setelah perjanjian tanggal 28 Mei 1888 tersebut timbul
perbedaan pendapat di antara para bangsawan tinggi Jambi. Per-